Pendalaman Alkitab Kitab KEJADIAN

Jumat, 22 Januari 2016

Pdt. Paulus Budiono

 

Shalom,

Ketika menyanyikan lagu‘Hatiku percaya’,hati saya sangat terharu, lagu yang indah sekali, namun apakah ada hati manusia yang dapat percaya pada Tuhan? Karena hati manusia licik dan jahat, penuh kemunafikan kata Firman Allah.Tidak mungkin kita dapat mengatakan “aku percaya Engkau”. Tetapi saya yakin dalam Ibrani 9 kita diselamatkan, disucikan,diberi janji yang nyata dan lebih dari itu, darah Kristus yang suci tanpa cacat cela menyucikan hati nurani kita supaya kita dilepaskan dari segala yang jahat dan kita dapat melayani Tuhan dalam kehidupan yang baik. Hati kita tidak lagi dikontaminasi oleh perkara dunia sehingga percaya kita benar dan murni. Jika hati kita penuh kebencian, kebohongan maka waktu kita katakan saya percaya firman Tuhan maka percaya itu bercampur dengan kebencian, kebohongan dan firman Allah yang kita percaya pun menjadi firman yang bohong.

Itu sebabnya penulis Amsal mengatakan : “Jagalah hatimu lebih dari apapun yang patut dijaga, sebab dari hati inilah keluar segala mata air kehidupan”tetapi jika mata air ini sudah tercemar oleh racun, maka sampai kemanapun air itu mengandung racun. Jika air itu bersih, murni, air surgawi, makaakan membuat tanaman dan ikan-ikan hidup dan ke manapun air mengalir hasilnya adalah kehidupan.Semoga dengan sedikit jabaran saya mengenai hatiku percaya, biarlah waktu membacalagi Firman Tuhan dalam hati kita katakan : hatiku percaya dan selalu percaya. Iman percaya Abraham itu luar biasa, bukan dia yang luar biasa, tetapi karena Allah yang luar biasa membuat imannya semakin hari semakin luar biasa sampai titik terakhir seperti disebutkan dalam Ibrani, setelah itu Allah tidak lagi banyak berbicara kepada Abraham. Kita akan segera masuk dalam pembahasan lanjutan dalam kitab Kejadian 22,

Kejadian 22 : 1 – 2, 9 – 12, 15 – 18 Setelah semuanya itu Allah mencoba Abraham. Ia berfirman kepadanya: "Abraham," lalu sahutnya: "Ya, Tuhan." Firman-Nya: "Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu...... Sampailah mereka ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya. Lalu Abraham mendirikan mezbah di situ, disusunnyalah kayu, diikatnya Ishak, anaknya itu, dan diletakkannya di mezbah itu, di atas kayu api. Sesudah itu Abraham mengulurkan tangannya, lalu mengambil pisau untuk menyembelih anaknya. Tetapi berserulah Malaikat TUHAN dari langit kepadanya: "Abraham, Abraham." Sahutnya: "Ya, Tuhan." Lalu Ia berfirman: "Jangan bunuh anak itu dan jangan kauapa-apakan dia, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku.".......Untuk kedua kalinya berserulah Malaikat TUHAN dari langit kepada Abraham,   kata-Nya: "Aku bersumpah demi diri-Ku sendiri--demikianlah firman TUHAN--:Karena engkau telah berbuat demikian, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku, maka Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah dan membuat keturunanmu sangat banyak seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, dan keturunanmu itu akan menduduki kota-kota musuhnya. Oleh keturunanmulah semua bangsa di bumi akan mendapat berkat, karena engkau mendengarkan firman-Ku."

Saat Allah meminta Abraham menyerahkan anak yang dikasihinya dan satu-satunya itu menunjukkan ujian iman Abraham. Anak yang ia peroleh saat berumur 100 tahun dan telah dia tunggu selama 25 tahun. Tuhan janjikan bahwa anak ini akan menjadi berkat bagi banyak orang dan sekarang harus dipersembahkan, secara manusia pasti terjadi pergumulan dalam batinnya. Imannya saat itu sedang diuji. Kita juga disebut sebagai anak-anak atau keturunan Abraham yang memiliki iman. Jadi apa yang dialami oleh Abraham hingga akhirnya dia disebut sahabat Tuhan, semoga kitapun juga disebut sahabatNya. Saya teringat pada Yesus yang berkata kepada murid-muridNya : “Aku tidak lagi menyebut engkau hamba karena hamba tidak tahu apa yang dikerjakan tuannya, tetapi Aku menyebut engkau sahabat”, dalam injil Yohanes 15 : “tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang sahabat yang menyerahkan dirinya untuk sahabatnya”.

Kita dapat melihat iman menghasilkan persahabatan yang indah antara kita dengan Allah. Jikalau antara kita dengan Allah dapat terjalin suatu keakraban sebagai sahabat, maka sebagai orang beriman kita juga dapat bersahabat dengan sesama. Allah yang luar biasa, mahabesar, mahatinggi menyebut Abraham adalah sahabatnya. Secara pelan-pelan kita meningkat sampai Yesus katakan engkaulah mempelai wanitaKu, ini lebih erat lagi hubungannya. Kita selalu mau mengevalusi sehingga kemajuan itu semakin terarah.

Pada pasal 12, Allah memanggil Abraham untuk keluar dari Haran dan pergi ketempat yang Aku tunjukkan, engkau akan menjadi besar dan akan diberkati dan seterusnya. Mengapa disini Allah sampai bersumpah, karena di dalam sumpah terkandung suatu ikatan janji yang luar biasa. Allah bersumpah demi diri-Nya sendiri, ini sesuatu yang tidak dapatdipikirkan. Saya pernah berjanji di pengadilan dengan memegang Alkitab karena saya mengimani Alkitab ini firman Allah dan tidak ada duanya, jadi saya menganggap Alkitab ini lebih besar. Jika sampai Allah bersumpah demi diriNya sendiri, apakah ada yang lebih besar dari pada Allah? Ini yang perlu kita imani dan syukuri. Di sini iman Abraham diuji, dan ia lulus ujian. Ujian membuat kita naik tingkat, semakin banyak ujian akan semakin terus meningkat.

Tuhan berkata,“Aku memberkati engkau dan keturunanmu seperti bintang dilangit, seperti pasir di pantai” itu merupakan kesekian kali Tuhan berbicara tetapi tidak bersumpah. Sumpah berbeda dengan berbicara, karena berbicara bisa khilaf, ingkar tetapi sumpah ada saksinya, jika sampai Allah bersumpah demi diriNya sendiri maka ini sesuatu yang sangat luar biasa, betul-betul tidak akan kehilangan janji yang Tuhan sumpahkan itu.

Ketika Allah memanggil Abraham dengan nama Abram dan dia menerima panggilan itu, Tuhan mau Abram meninggalkan tempat kediamannya. Semula Abram tinggal daerah Kafir, daerah yang belum kenal Tuhan dan penuh penyembahan berhala. Harus kita ketahui bahwa waktu kita percaya kita dalam posisi yang terhilang. Mengapa kamu percaya Tuhan? karena saya susah dan miskin. Apakah alasan seperti ini dapat menjadi iman yang kuat? Waktu Abraham dipanggil dia kaya, tetapi Allah menjadikan dia lebih kaya. Iman Abraham pada mulanya adalah di tempat yang tidak kenal Tuhan. Kita harus benar-benar tahu walaupun mungkin kita percaya sejak Sekolah Minggu, tetapi posisi kita pada waktu pertama kali percaya adalah mati dalam dosa,kemudian dihidupkan oleh iman kita kepada Yesus,kata Roma 3 : “Semua orang telah berbuat dosa kehilangan kemuliaan Tuhan dan upah dosa adalah kematian, oleh iman kita dihidupkan kembali”, ini tidak boleh kita lupakan karena ini merupakan dasar.

Iman yang bertumbuh hinggamenghasilkanAllah bersumpah. Hal ini dialami oleh Abraham.SaatAbraham menerima panggilan-Nya, dia berada di tempat nyaman dan penuh berhala tetapi kemudian dia keluar dan mendengar janji Tuhan serta tinggalkan semuanya, dia beriman bahwa Tuhan pelihara. Itulah awalnya.

Saya ingin kita meng-evaluasi apakah kita ada keinginan kembali kepada yang lalu. Karena Ibrani mengatakan iman Abraham dan anaknya Ishak dan cucunya Yakub dan semua keturunan mereka tidak ada satupun yang kembali ke masa lalu, kepada berhala. Kitapun jangan pernah berpikir untuk kembali ke hidup yang berdosa.Kita mau belajar beriman seperti Abraham. Kita membaca ;

Ibrani 11 : 13- 16 Dalam iman mereka semua ini telah mati sebagai orang-orang yang tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, tetapi yang hanya dari jauh melihatnya dan melambai-lambai kepadanya dan yang mengakui, bahwa mereka adalah orang asing dan pendatang di bumi ini. Sebab mereka yang berkata demikian menyatakan, bahwa mereka dengan rindu mencari suatu tanah air.Dan kalau sekiranya dalam hal itu mereka ingat akan tanah asal, yang telah mereka tinggalkan, maka mereka cukup mempunyai kesempatan untuk pulang ke situ. Tetapi sekarang mereka merindukan tanah air yang lebih baik yaitu satu tanah air sorgawi. Sebab itu Allah tidak malu disebut Allah mereka, karena Ia telah mempersiapkan sebuah kota bagi mereka.

Memiliki banyak kesempatan untuk pulang, banyak kesempatan untuk orang Kristen kembali pada dosa lama, dosa tidak percaya, menyembah berhala, tamak. Banyak contoh yang dapat kita lihat baik dalam Perjanjian Lama maupun dalam Perjanjian Baru.

Ibrani 11: 16 Tetapi sekarang mereka merindukan tanah air yang lebih baik yaitu satu tanah air sorgawi. Sebab itu Allah tidak malu disebut Allah mereka, karena Ia telah mempersiapkan sebuah kota bagi mereka.

            Allah akan sangat senang jikalau kita di muka umum mengatakan, “Harapan dan kerinduanku adalah Yerusalem Baru”. Sementara dunia bergejolak mengejar kemuliaan, kedudukan, harta, kita yang telah diberkati akan tetap diberkati, tetapi kita memiliki pandangan dan tujuan ke sana.Kitamembuktikannya minimal setia dalam kebaktian, bukan setia supaya berkatnya tetap bertahan dan bertambah-tambah. Seringkali kita menjadikan kebaktian menjadi suatu agama karena ada janji berkat, kita setia supaya Tuhan berkenan memberkati kita lagi. Kita tidak perlu meminta, Tuhan sudah memberkati karena Yesus sudah Tuhan berikan pada kita tetapi Tuhan mau iman kita seperti Abraham sampai mereka merindukan yang di atas yang tidak kelihatan. Iman Abraham diuji waktu keluar dari Ur-Kasdim ke tanah Kanaan yang dapat dipijak. Mereka justru merindukan yang di atas, yang tidak bisa dipijak, dilihat, dijamah yaitu dengan iman percaya. Kita membaca Ibrani 10,

Ibrani 10: 32-34 Ingatlah akan masa yang lalu. Sesudah kamu menerima terang, kamu banyak menderita oleh karena kamu bertahan dalam perjuangan yang berat, baik waktu kamu dijadikan tontonan oleh cercaan dan penderitaan, maupun waktu kamu mengambil bagian dalam penderitaan mereka yang diperlakukan sedemikian. Memang kamu telah turut mengambil bagian dalam penderitaan orang-orang hukuman dan ketika harta kamu dirampas, kamu menerima hal itu dengan sukacita, sebab kamu tahu, bahwa kamu memiliki harta yang lebih baik dan yang lebih menetap sifatnya. Sebab itu janganlah kamu melepaskan kepercayaanmu, karena besar upah yang menantinya. Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu. "Sebab sedikit, bahkan sangat sedikit waktu lagi, dan Ia yang akan datang, sudah akan ada, tanpa menangguhkan kedatangan-Nya.

            Janganmelepaskan keberanian hatimu, ini tidak mudah. Iman harus disertai berani menghadapi segala situasi. Kita seringkali mengatakan bahwa Tuhan sudah akan datang, kondisi dunia seperti ini, terjadi terror, ISIS, tetapi kesetiaannya mendengar firman Tuhan masih sibuk dengan hal-hal yang sementara. Bukan tidak boleh mencari harta tetapi perhatikan ibadah ini sangat diberkati Tuhan baik yang jasmani maupun yang akhirat. Itu sebabnya kita harus mengerti mengapa ada kebaktian khususnya PA. Dalam Ibrani 10, “Jangan kita meninggalkan persekutuan”, dimulai dari situ supaya kita kuat karena waktunya sedikit saja Tuhan akan datang.

Ibrani 10: 38Tetapi orang-Ku yang benar akan hidup oleh iman, dan apabila ia mengundurkan diri, maka Aku tidak berkenan kepadanya."

Hidup orang benar harus berjuang,bergumul oleh iman, tetapi bgaimana jika dia mundur? Di dunia banyak penderitaan dan godaan. Bisa godaan yang mengenakkan daging, bisa tantangan yang penuh penderitaan. Jika dia mengundurkan diri, Tuhan tidak senang. Mengapa Tuhan senang kepada Abraham? Karena Abraham tidak mundur. Begitu Abraham keluar dari Ur-Kasdim,sepanjang hidup sampai matinya tidak pernah menginjakkan kakinya di tanah yang lama. Kita harus jujur, banyak kali tanpa sadar kita menginjak hidup yang lama. Kita berdiri atas sikap yang lama,berpikir yang lama, berbicara yang lama. Malam ini Tuhan akan menolong saya dan saudara melihat sosok Abraham sebagai tokoh iman, bapak iman kita.

Jangan takut jika gembala tidak senang kepada saudara, asal saudara disenangi Tuhan. Ada seorang hamba Tuhan mengatakan kalau seluruh sidang jemaat tidak mau percaya pada Tuhan, aku sendiri yang percaya. Berarti iman itu tidak tergantung pada situasi tetapi melihat siapa yang memberi iman, yang dapat membuat iman kita bertambah. Jika saudara mengharapkan pendeta A yang luar biasa agar dapatmembangkitkan iman kita, saya mengatakan itu sesekali mungkin bisa karena dia menyampaikan firman tetapi jika kemudian saudara tergantung pada pendeta, saudara tidak maju imannya. Saudara harus setia masuk kebaktian karena melihat betapa ajaibnya firman dan Allah itu,betapa luar biasa janji-Nya, jika saya bersama saudara menyelidiki lebih jauh semoga seperti hati saya dikobarkan, saudara juga boleh ikut dikobarkan oleh firman itu sendiri.

Ibrani 10: 39 Tetapi kita bukanlah orang-orang yang mengundurkan diri dan binasa,

Apabila Allah mengatakan, “Paulus Budiono, Aku tidak senang jika kamu mundur meninggalkan iman.” Pada ayat 39, saya harus berani mengatakan, “Tetapi aku, Paulus Budiono bukanlah orang yang mengundurkan diri dan binasa tetapi aku orang yang percaya yang beroleh hidup, hatiku percaya.” Ini harus menjadi iman dan komitmen kita pada malam hari ini. Bukan berarti selalu aman, tenang, makmur dan penuh pujian, mungkin saja terbalik penuh dengan hinaan dan tantangan.

Membaca pengakuan penulis pada ayat 39, berarti dia menghadapi begitu banyak tantangan. Kita sekarang dalam kondisi yang kondusif dan baik, saya harus menasehatkan kepada saudara semua, upayakan sekuat tenaga untuk Tuhan dahulu. Yesus mengatakan, “Jangan engkau bersusah payah untuk hal-hal yang akan binasa tetapi berusaha keras untuk memperoleh makanan yang bertahan sampai hidup kekal itulah Aku, roti kehidupan.” Tidak ada seorangpun yang dapat hidup rohaninya tanpa roti kehidupan itu sendiri.

Iman yang pertama berasal dari tempat yang lama. Jangan kita kembali ke tempatlama, cepat kembali ke jalan Tuhan. Kita melihat dalam perjalanannya Abraham tidak membangun rumah, tiga generasinya selalu hidup dalam tenda supaya peralihan itu lebih mudah. Jika sudah menetap, mapan akan sulit berpindah. Itu sebabnya Allah perintahkan yang pertama Abraham harus keluar dari tempat tinggalnya semula. Pergumulan yang dilalui Abraham seperti apa kita tidak tahu. Apakah dia sempat hampir berhenti? Dari Ur-Kasdim Tuhan sudah memanggil tetapi dia sempat berhenti di Haran cukup lama sampai ayahnya meninggal dan seterusnya. Kita dapatmelihat bahwa waktu itu Abram ada di tanah Kanaan tetapi heran, pikirannya ke atas. Itu sebabnya dia membuat tenda.

Tenda adalah suatu bangunan praktis yang mudah untuk berpindah. Itu maunya Tuhan karena Tuhan mengatakan di dunia ini kita sebagai musafir. Tuhan mau iman yang membuat kita mudah untuk berpindah dari satu tempat ke tempat yang lebih dekat dengan Tuhan, bukan mudah berpindah kembali ke tempat lama atau menyimpang. Abraham mendidik anaknya untuk juga tinggal di tenda. Dia tidak menganggap Kanaan adalah milik yang Tuhan berikan. Alkitab mengatakan dalam Ibrani, mereka tidak menganggap tanah itu yang Tuhan sediakan karena dia tahu tempat dia berpijak itu bukan tempat selamanya maka imannya mendorong dia untuk melihat apa yang kekal.

Jika iman kita sudah puas dengan tanah dan hasilnya maka iman kita adalah iman di bumi, bukan iman ke Surga. Malam ini iman kita dirombak untuk bertambah sehingga memiliki pengharapan. Saya teringat perkataan Rasul Paulus tentang iman, harap dan cinta. Dari ketiganyayang paling besar memang cinta tetapi bukan berarti iman tidak ada lagi, pengharapan tidak perlu lagi, justru sangat diperlukan. Waktu Abram berganti nama menjadi Abraham dan juga istrinya maka dia tetap tinggal di kemah. Itu yang membuat Allah sangat senang.

Saya berpikir mengapa penulis tahu bahwa Allah merasa senang dan tidak malu memberi diri-Nya disebut Allahnya Abraham, Allahnya Ishak, Allahnya Yakub? Karena sikap mereka, sehingga Allah senang untuk menyatakan diri. Allah menyatakan diri pada Abraham, Ishak, dan Yakub sebab mereka mengimani dan merindukan dimana Allah itu ada. Demikian juga iman kita harus terus meningkat.

Perhatikan baik-baik, Abraham tinggal di kemah, anaknya Ishak juga mengikuti jejak ayahnya, Yakub juga demikian termasuk 12 anaknya sama mengikuti jejaknya. Tuhan mengatakan, “Nanti setelah keturunanmu yang kesekian akan berpindah ke suatu tempat dan akan diperbudak 400 tahun dan setelah itu baru kembali ke tempat ini.” Itulah sebabnya waktu Abraham bangun, dia benar-benar tahu bahwa sesungguhnya 400 tahun kemudian, saat dia sudah mati, tidak dapat melihat, tetapi dia mempunyai iman itu.

Selanjutnya Yakub yang belum berganti nama menjadi Israel dengan 12 anaknya sudah berkembang menjadi 70 orang, karena kelaparan yang begitu hebat di seluruh daerah Kanaan dan juga Mesir, keluarga ini pindah berkemah di Mesir. Kita tahu Yusuf ada di sana. Mereka senang, mereka lupa pada tanah Kanaan, mereka tidak lagi hidup di tenda, mereka mulai hidup dalam rumah permanen. Benarkah?Kita membaca ;

Keluaran 12: 7 Kemudian dari darahnya haruslah diambil sedikit dan dibubuhkan pada kedua tiang pintu dan pada ambang atas, pada rumah-rumah di mana orang memakannya.

            Darah itu dibubuhkan pada ke dua tiang pintu rumah-rumah, bukan lagi di tenda-tenda. Jika Tuhan tidak mencintai mereka yang merupakan keturunan Abraham, Ishak dan Yakub, mereka akan merasa enak tetap tinggal di Mesir dan lupa Kanaan. Dengan berjalannya waktu jika kita tidak hati-hati, hati kita tidak kepada tujuan awal lagi, tetapi tertuju di Mesir, pada hal-hal duniawi. Semakin kita merasa enak semakin kita lupa akan tujuan semula. Itu sebabnya untuk membawa bangsa Israel kembali ke tanah Kanaan, Tuhan biarkan mereka diperbudak sampai mereka menderita dan mengeluh. Abram dari rumah yang permanen keluar untuk berkemah sepanjang umur hidupnya dengan iman yang tertuju pada hal di atas. Ia merindukan kota surgawi dan keluarganya tetap berdiam di tenda sampai Yakub dan keturunannya.

 

Salah seorang putra Yakub, yakni Yusuf sangat berjasa di Mesir sehingga saat Yakub dan keluarganya datang ke Mesir, raja Firaun sangat welcome, tetapi tidak lama kemudian Yakub mati dan dikuburkan di Kanaan. Yusuf pun kemudian mati, ia minta agar nanti tulang tulangnya dibawa kembali ke Kanaan. Ternyata keturunannya tidak mau, karena sudah membuat rumah-rumah permanen dan tempat yang enak. Iman kita harus digairahkan, apakah sudah bercokol di dunia ini sehingga kita tidak merindukan yang di atas? Jika kita merindukan yang diatas harus suka berpindah, bergerak dari tempat yang nyaman ke tempat yang kurang nyaman. Atau kitamempertahankan kenyamanan sehingga imannya runtuh sebab tanpa sadar kita mundur dari menantikan kedatangan Tuhan, tidak percaya Tuhan mau datang. Zaman sekarang banyak Kristen seperti ini, tetapi kita harus percaya firman Allah yang mendorong kita untuk kembali.

 

Selanjutnya dengan kehendak Allah, bangsa Israel sepertinya dipaksa untuk keluar dari rumah dan kembali berkemah di padang belantara. Sebenarnya hanya selama 2 minggu perjalanan mereka dapat masuk ke Kanaan tetapi ketika 10 pengintai berbicara bohong, karena hanya mau kenyamanan dan tidak mau berperang, mereka membuat seluruh bangsa Israel menangis sampai-sampai Yusak dan Kaleb hampir dibunuh oleh mereka yang tidak percaya pada janji Tuhan. Hal ini membuat mereka harus berputar-putar selama 40 tahun, supaya mereka sadar kembali bahwa mereka adalah seorang musafir yang selalu berpindah tempat.

 

Waktu mereka masuk ke tanah Kanaan mereka masih membuka tenda di Silo, Gilgal, tetapi setelah Yosua dan semua berperang menaklukkan semua kota, bangsa Israel mulai membangun rumah, lupa Tuhan. Ingatannya di rumah bumi tidak lagi ke surga. Waktu mereka membangun bait Allah, bukan menyembah Allah. Salomo memang membangun bait Allah dan menyembah Allah pada waktu tertentu, tetapi pada waktu yang kemudian ia menyembah berhala. Akhirnya bangsa Israel diserakkan lagi, dibuang ke Babel dan dibuang lagi ke Asyur.

 

Seringkali tanpa disadari kondisi ini terjadi pada iman kita, tidak mau kembali pada firman Allah yang memurnikan kita supaya kita dapat berkata: “Hatiku percaya.” Percaya yang tidak terkontaminasi pada perkara yang lain sehingga tutur kata kita sepenuhnya bernuansa surga. Pengalaman kami suami istri sewaktu di Irian, mulai enak, nyaman, bahkan diangkat menjadi ketua umum seumur hidup, kami sangat senang, tetapi Tuhan katakan: “Tidak.” Selanjutnya kami menangis, tidak enak di Medan, ketika mulai merasa nyaman tinggal di Medan, Tuhan katakan: “Pindah.”

Secepat itu hati kita mulai melengket dengan berkat dan kenyamanan, itu pengalaman saya. Kami suami istri melihat bahwa Tuhanlah yang empunya semuanya. Kepada-Nya hati kita harus tertuju, bukan pada jemaat. Seringkali kita anggap domba-domba adalah memilik kita, milik pendeta, milik gereja. Akhirnya pendeta berkelahi saling berebut domba-domba. Domba-domba itu Tuhan punya, dimana Tuhan ada, disitu kita melayani Tuhan. Kita melayani domba-domba kepunyaan Tuhan, bukan kepunyaan kita. Tuhan mengajarkan : tidak boleh ada suatu apapun juga selain Allah Mahabesar, itu sebabnya hukum yang pertama berbunyi: “Jangan ada allah lain di hadapan-Ku.” Siapakah allah lain? Terlalu banyak, bisa manusia, pelayanan, kedudukan, apa saja. Allah yang memanggil Abraham sama dengan Allah yang memanggil kita.

Kita harus mempunyai pengharapan terhadap yang di atas, Rasul Paulus berkata: “Jika hal itu bisa dilihat, itu tidak perlu diharapkan.” Itu sebabnya mengapa Abraham benar benar tidak mengharapkan yang dilihat. Rasul Paulus berkata: “Jika kita tidak melihat, kita akan berharap.” Seringkalikita berdoa : “Tuhan tolong kami belum punya gereja.” Setelah gereja ada,kita akan sibuk hal-hal materi dan tidak sibuk dengan hal rohani. Saya mempunyai pengalaman waktu masih di Irian. Suatu waktu Alm. Pdt In Yuwono mengadakan KKR. Kami selalu ikut tetapi kemudian saya mempunyai alasan bahwa kami masih membangun gereja dan membutuhkan banyak uang. Ini merupakan alasan yang tepat, membangun gereja adalah hal rohani bukan? Untuk apa kami harus datang ke Surabaya,kami penuh dengan alasan yang baik. Kemudian suatu waktu ketika ada kesempatan kami datang, kami bicara pada Om Yu, “Maafkan kami tidak datang karena sibuk membangun gereja.” Beliau mengatakan: “Perhatikan baik-baik, itu materi. Jika kamu datang dan mengutamakan hal rohani, yang lainnya mudah saja.” Memang waktu itu kami cukup kesulitan menghadapi pembangunan itu, tetapi dengan koreksi yang sederhana : “Pertimbangkan, jika kamu menomorsatukan Tuhan, Tuhan akan gampang memberkati yang jasmani.” Kami mulai belajar untuk mempraktekkan.

Dari situ kami terdorong mengutamakan yang rohani. Hal ini juga kami sampaikan kepada rekan-rekan hamba Tuhan jika menghadapi pembangunan: “Kamu membangun gereja fisik. Tetapi Tuhan mau kita membangun gereja rohani. Jika jiwa-jiwa yang Tuhan percayakan untuk digembalakan itu kita pelihara dengan baik, maka yang fisik itu gampang saja.” Kami mempraktekkan dan betul terjadi. Kami tidak berbuat yang lain kecuali bagaimana menerima firman, hidup dari firman, dan dengan segala keterbatasan kami menggembalakan jemaat yang dianggap primitif di Iriandengan pemeliharaan Tuhan. Itu yang tetap kami sampaikan jika ada hamba Tuhan yang kesulitan, saya katakan: “Jiwa-jiwa itu dipelihara dulu, pembangunan gereja nomor dua.” Jika hati ini tidak dibangun oleh Firman Allah, engkau akan menghadapi kesulitan, tidak mampu menghadapi jemaat yang punya masalah.

Abraham mengalami sesuatu yang luar biasa, dia mengharapkan anak, dia mengalami kegagalan dalam nikahnya karena anjuran istrinya untuk mengambil gundik. Jika kita berharap pada yang diatas, maka iman kita akan terus membawa kepada puncaknya. Iman yang paling puncak adalah kasih-Nya. Sepenuhnya Abraham tidak memikirkan yang lain, hingga Allah bersumpah demi diri-Nya sendiri. Sebab dikatakan: “Aku sekarang tahu bahwa engkau tidak menahan anakmu yang kau kasihi untuk kau berikan kepada-Ku. Jangan bunuh dia!” Tiba-tiba Abraham melihat di sebelah onak duri, ada seekor kambing. Kapan datangnya? Tidak tahu. Dalam bahasa aslinya semak duri. Kita tahu domba itulah Yesus yang kepalanya juga diberi mahkota duri. Ini penggantinya.

Ada orang mengatakan Ishak adalah Tipologi dari Yesus, tidak salah. Tetapi jika dikatakan Ishak adalah Yesus, itu salah. Abraham adalah bapak, Ishak adalah Yesus, Yakub adalah Roh El Kudus, itu salah, jangan berkata demikian. Kita harus bisa membedakan tipologi itu. Abraham berani mempersembahkan anaknya yang tunggal, hampir sama seperti Bapa Sorgawi menyerahkan anak-Nya yang tunggal tetapi Abraham bukan Allah Bapa, Ishak bukan Allah Anak karena Ishak menikah dan mempunyai dua anak, Esau dan Yakub. Yakub bukan Roh Kudus! Jangan salah.

Imam besar Harun adalah tipologi Yesus? Ya, tetapi Harun bukan Yesus. Karena Harun ada dosanya, tetapi Yesus tanpa dosa. Harun harus mempersembahkan korban untuk menghapus dosanya, dosa istrinya, dosa anaknya, dan kemudian mempersembahkan domba untuk menghapus dosa bangsa Israel. Yesus tidak perlu mempersembahkan korban domba untuk dosanya. Yesus tanpa dosa, itu sebabnya Yesus bukan Harun. Harun bukan Yesus. Ibrani mengatakan bahwa Yesus adalah Imam Besar menurut peraturan Melkisedek bukan menurut peraturan Harun. Ini perlu kita pikir lebih jauh supaya mengerti apa yang harus kita lakukan.

Saya melihat luar biasanya pengharapan, yang ada iman, sampai pada cinta. Tidak ada hal lain yang lebih besar dari cinta, dan Abraham sudah menyerahkannya. Selesai? Tidak. Nanti pada usia 40 tahun Ishak menikah,umur 60 tahunmendapat anak: Esau dan Yakub. Kita perhatikan,ayahnya harusmemperhatikan pertumbuhan anaknya. Tidak lama lagi ibunya meninggal. Bagaimana ayahnya menentukan nikah dari anaknya. Jika Tuhan percayakan anak-anak buat kita, kita harus memperhatikan pertumbuhan jasmani dan imannya. Pertumbuhan sampai pada pernikahannya, mendapatkan jodoh yang tepat, ini perlu kita pelajari lebih jauh. Supaya jangan iman kita hanya senang pada awalnya selanjutnya tidak bertumbuh. Iman kita bertumbuh sampai ingat yang di atas, mengharapkan yang di atas, sampai pada mempersembahkan yang kita cintai.

Tuhan memerintahkan Abraham untuk mempersembahkan anak yang dicintainya. Bagaimana sikap Abraham terhadap anak yang pasti mati? Dia justru percaya bahwa anaknya pasti akan bangkit. Dia memberikan pada Tuhan tetapi Tuhan percayakan kembali padanya. Saya yakin setelah itu Abraham pasti semakin cinta kepada Ishak. Ishak nantinya akan melahirkan dua orang anak. Dari dua orang ini hanya satu yang dipilih untuk menurunkan bangsa pilihan. Sama seperti Abraham yang walaupun sebenarnya menurunkan dua anak namun hanya satu yang dipilih. Tuhan menginginkan Ishak bukan Ismael, Yakub bukan Esau, itu harus kita ketahui secara persis supaya iman kita jangan terombang ambing hanya oleh karena kesukaan kita. Walaupun saat itu Ishak lebih menyukai Esau daripada Yakub, yang akhirnya terjadi masalah yang cukup menegangkan. Pada malam ini saya menekankan bahwa Allah sungguh luar biasa melalui sumpah-Nya. Dan dicatat oleh Ibrani :

 

Ibrani 6:13-16 Sebab ketika Allah memberikan janji-Nya kepada Abraham, Ia bersumpah demi diri-Nya sendiri, karena tidak ada orang yang lebih tinggi dari pada-Nya, kata-Nya: “Sesungguhnya Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah dan akan membuat engkau sangat banyak.” Abraham menanti dengan sabar dan dengan demikian ia memperoleh apa yang dijanjikan kepadanya. Sebab manusia bersumpah demi orang yang lebih tinggi, dan sumpah itu menjadi suatu pengokohan baginya, yang mengakhiri segala bantahan.

 

Sumpah setia Tuhan menyatakan bahwa Ia sangat bersungguh-sungguh. Jika kita menerima janji Allah dan meyakini Firman Allah maka sungguh tidak ada lagi bantahan. Namun seringkali kita berbantah-bantah karena kita tidak mau menerima janji Tuhan, kita suka menerima janji manusia yang hanya omong kosong. Perkataan kita bisa membuat orang menjadi baik pada kita, bisa juga memancing perkelahian, namun perjanjian dengan Allah itu menyelesaikan segala perbantahan.    

 

Jika kita percaya bahwa janji Tuhan “ya” dan “amin” mengapa kita tidak mencari solusi perdamaian disini, solusi kesatuan nikah disini, solusi kesucian dari sini? Jangan mencari kesucian dari orang luar, dari pendeta yang harus begini atau begitu, saudara akan rugi. Perkataan pendeta bukanlah Firman Tuhan. Firman Tuhan tercantum dalam Alkitab dan saya hanya bertugas untuk menguraikan. Namun terbatas pada kemampuan saya dan bisa terpengaruh oleh budaya saya.

 

Misalnya, saat pernikahan di Kana ibu Yesus berkata terjadi kekurangan anggur lalu Yesus menjawabnya. Dalam bahasa aslinya dikatakan Yesus memanggil ibu-Nya dengan sebutan ‘perempuan’ namun dalam bahasa Mandarin dikatakan bahwa Yesus memanggil dengan sebutan ‘ibu’. Terjadi perbedaan karena budaya Mandarin tidak membenarkan sebutan perempuan kepada seorang ibu. Namun dalam Alkitab bahasa Mandarin pada bagian bawahnya diberi penjelasan bahwa dalam bahasa asli disebutkan perempuan. Di dalamnya ada pengaruh budaya, jika kita melihat lebih jauh, kita sadar bahwa ini adalah Firman Allah yang mengajarkan untuk hormat pada orangtua namun juga memberitahukan pada kita bahwa kita semua adalah sama-sama sewaris kerajaan Surga. Jadi kita harus belajar mengerti bahwa suatu waktu mungkin bahasanya sedikit kurang sopan, namun itulah yang diinginkan Tuhan.

 

Ibrani 6:17-18 Karena itu, untuk lebih meyakinkan mereka yang berhak menerima janji itu akan kepastian putusan-Nya, allah telah mengikat diri-Nya dengan sumpah, supaya oleh dua kenyataan yang tidak berubah-ubah, tentang mana Allah tidak mungkin berdusta, kita yang mencari perlindungan, beroleh dorongan yang kuat untuk menjangkau pengharapan yang terletak di depan kita.

 

Apakah saudara berani pegang janji-Nya? Allah begitu sungguh-sungguh sehingga mengikat diri-Nya dengan sumpah. Itulah sebabnya kitapun apabila mengatakan sesuatu harus “ya” diatas ya dan “tidak” diatas tidak. Tuhan Yesus berkata jika lebih dari itu maka itu adalah perkataan si jahat. Untuk itu kita harus belajar berkata “ya” atau “tidak”. Perrcayakah saudara bahwa Alkitab ini tidak berdusta? Jika amin maka saudara harus percaya setiap ayat Firman Tuhan. Begitu kita tidak percaya pada satu ayat saja maka kita menyatakan bahwa Allah adalah pendusta. Jika kita tidak percaya kitab Kejadian, khususnya ayat yang disitir dari kitab Kejadian ini maka kita pasti tidak akan percaya pada kitab-kitab setelah kitab Kejadian. Kita akan katakan bahwa Allah berdusta. Jika kita katakan Allah berdusta maka kita sudah berkompromi dengan iblis. Padahal Allah katakan bahwa iblis adalah pendusta dari mulanya.

 

Pertama kali di taman Eden, Adam dan Hawa mempercayai dusta ular, itu artinya Adam dan Hawa berpikir bahwa perkataan Allah yang dusta. Itu sebabnya begitu Adam dan Hawa jatuh dalam dosa maka manusia semakin mempercayai dusta dan tidak mempercayai kebenaran Allah. Tetapi terima kasih pada Abraham yang sudah memberi contoh yang luar biasa walaupun mengalami jatuh bangun namun imannya tetap percaya sehingga membuat hati Allah Sang Pencipta menjadi sangat senang. Allah ingin agar Ishak dipersembahkan kepada-Nya danAbraham menunjukkan kepercayaan dan ketaatannya, itulah yang membuat Allah tidak bisa berkata yang lain.

 

Saat engkau katakan bahwa engkau percaya sepenuh pada-Nya, Dia pasti akan memberi janji perlindungan, keselamatan dan segalanya. Saat kita percaya pada Firman Allah maka saat itulah Allah sangat puas. Yang memberi kehidupan manusia adalah Allah. Yesus berkata bahwa Dialah hidup, kebenaran dan jalan. Jika kita tidak mencintai Firman Tuhan akan menjadi omong kosong hidup rohaninya. Saya katakan ini untuk saya sendiri, saya harus koreksi diri, masih banyak ayat-ayat yang belum saya hayati oleh karena itu saya masih banyak kekurangan tetapi saya bersama istri tidak malu untuk terus mau belajar lagi.

 

Ibrani 6:18-20 supaya oleh dua kenyataan yang tidak berubah-ubah, tentang mana Allah tidak mungkin berdusta, kita yang mencari perlindungan, beroleh dorongan yang kuat untuk menjangkau pengharapan yang terletak di depan kita. Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir, di mana Yesus telah masuk sebagai Perintis bagi kita, ketika Ia, menurut peraturan Melkisedek, menjadi Imam Besar sampai selama-lamanya.

 

Janji Allah kepada Abraham sebelumnya diungkapkan disini adalah janji yang diungkapkan kepada kita di balik tirai. Pada Tabernakel ruangan di balik tirai adalah ruangan Mahasuci yaitu tempat berhadiratnya Allah, tempat perjumpaan Allah dengan kita. Dia yang membuka jalan asalkan kita melemparkan sauh kita ke sana, disitulah Yesus berada, seolah-olah Dia adalah batu karang dimana sauh(jangkar) terkena batu karang itu. Jangan takut dimanapun kita berada, walau ombak menghadang, kapal kehidupan kita tetap berada dekat Yesus batu karang itu. Dia sudah masuk lebih dulu, Dia sudah melewati Golgota dan tirai itupun robek. Sudah tidak ada lagi tirai, sekarang tinggal iman pengharapan kita kesana, itulah kasih.

 

Dalam Tabernakel kita mengenal pelataran merupakan gambaran iman, ruang suci gambaran pengharapan sedangkan ruang mahasuci adalah kasih. Namun seringkali kita membeda-bedakan, merasa diri sudah ada di ruang suci sehingga tidak merasa perlu pelataran karena pelataran hanya akan diinjak-injak antikris, itu sangat keliru, kita juga perlu pelataran yang merupakan gambaran iman. Omong kosong jika kita mendadak berada di ruang suci-pengharapan, tanpa melewati iman terlebih dahulu. Mengapa punya pengharapan? karena punya iman. Mengapa punya kasih? karena punya pengharapan.

 

Kami mempunyai banyak pengalaman saat di Irian, kami sering menangkap ikan sampai di lautan Pasific untuk pembangunan gereja saat itu. Seringkali ombak begitu tinggi hingga 4 meter. Sekoci kami naik turun mengikuti gelombang. Kami turunkan jangkar hingga mencapai kedalaman sampai 40 meter baru mengenai karang atau dasar, lalu kami ikat talinya. Walaupun jangkarnya tidak terlalu besar tetapi jika ada ombak besar mampu menahan sekoci kami sehingga tidak sampai terlepas di lautan. Sebaliknya jika jangkar tidak ditancapkan walaupun kapal tersebut berada di pantai bukan lautan,hanya karena angin sepoi sepoi saja kapal itu dapat bergeser satu kilometer jaraknya dari tempat awal.

 

Dimana jangkar kita? Pada Yesus di tempat mahakudus, Dialah Allah sendiri. Abraham mendapat janji, sumpah dari Allah yang luar biasa. Abraham harus memelihara Ishak anaknya untuk kemudian menikah, mendapat keturunan dan seterusnya sampai akhirnya kelahiran Yesus. Sungguh luar biasa Firman Allah, baca Alkitab, sebab di sanalah iman, pengharapan dan kasih kita. Abraham sudah menunjukkan bukan hanya di bumi tetapi sampai ke atas. Ibrani mengatakan tanpa kita mereka tidak akan sempurna, mereka hanya satu dorongan nyata agar kita beriman kepada Yesus yang saat itu belum datang, yang masih 4000 tahun kemudian baru akan lahir.2000 tahun yang lalu Yesus lahir dan sekarang akan datang kedua kalinya. Kita menghadapi gelombang yang luar biasa oleh karena itu tancapkan jangkar pengharapan hanya pada Yesus saja maka kita akan merasakan sukacita yang luar biasa. Malam ini kita mau merombak iman kita yang keliru. Bangunlah kehidupan kita sebagai musafir.

 

Amin.