Pendalaman Alkitab Kitab KEJADIAN
Jumat, 06 Maret 2015
Pdt. Paulus Budiono
Shalom.
Mungkin dari kita ada yang datang dari kantor, sekolah, rumah atau mana saja dengan kondisi seperti angin ribut tetapi kita yakin bahwa waktu Yesus dalam perahu datang gelombang tinggi dan angin ribut yang membuat murid-murid Yesus bingung tetapi saat Yesus bangun semuanya menjadi reda. Jadikan Firman Tuhan dalam PA malam ini menjadi hidup tetapi seringkali kita membuat Dia mati. Kita tidak senang sesuatu yang mati, hanya orang tertentu saja. Isi Firman Tuhan itulah yang hidup yang membuat kita semua kuat dan tegar kembali.
Kejadian 10:1, 32 Inilah keturunan Sem, Ham dan Yafet, anak-anak Nuh. Setelah air bah itu lahirlah anak-anak lelaki bagi mereka......Itulah segala kaum anak-anak Nuh menurut keturunan mereka, menurut bangsa mereka. Dan dari mereka itulah berpencar bangsa-bangsa di bumi setelah air bah itu.
Dalam daftar keturunan Sem, Ham dan Yafet tidak disebutkan keturunan Nuh lagi. Bukan lagi Nuh yang dibicarakan sekalipun itu adalah keturunan anak-anak Nuh, cucu Nuh. Pasal 10 dijelaskan mengenai keturunan Sem, Ham dan Yafet. Dalam ayat 32 diingatkan lagi mengenai keturunan Sem, Ham dan Yafet dan di mana bangsa-bangsa itu berpencar. Kita sudah tahu dalam pasal 6-8 di mana Nuh dipilih menjadi pribadi yang takut akan Tuhan, hanya Nuh dengan keluarganya. Jadi air bah ini mengingatkan kembali bahwa ada keturunan yang diselamatkan – hanya 8 orang. Dalam pasal 10 menyoroti tentang keluarga yang diselamatkan. Oleh karena iman maka Nuh – rasa takut dan hormat setelah menerima perintah Allah maka dia menyelamatkan keluarganya (Ibrani 11:7).
Saya percaya kita semua adalah orang beriman, jika tentang keselamatan air bah yang dikiaskan dengan baptisan air, kita juga sudah dibaptis – orang yang dibaptis adalah orang yang lahir baru yang memiliki tata pandang yang baru (Roma 6) – semuanya serba baru di bumi yang sudah dibersihkan Tuhan dari segala karakter pribadi yang rusak sama sekali. Entah berapa banyak manusia saat itu sehingga bahtera itu harusnya dapat menampung banyak orang tetapi kenyataannya hanya 8 orang saja yang ikut.
Malam ini kita akan memeriksa anak-anak Nuh yaitu Sem, Ham dan Yafet setelah air bah, setelah diselamatkan. Kita dapat melihat semua berpencar memenuhi daerah-daerah yang sebenarnya Tuhan inginkan agar anak-anak mereka menghasilkan keturunan untuk memenuhi bumi.
Kejadian 9:1, 18-19 Lalu Allah memberkati Nuh dan anak-anaknya serta berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyaklah serta penuhilah bumi...... Anak-anak Nuh yang keluar dari bahtera ialah Sem, Ham dan Yafet; Ham adalah bapa Kanaan. Yang tiga inilah anak-anak Nuh, dan dari mereka inilah tersebar penduduk seluruh bumi.
Tuhan perintahkan kepada Nuh dan keluarganya untuk berkembang. Berapa lama keturunan Sem, Ham dan Yafet memenuhi bumi? Jika saat ini ada lebih 7 miliar penduduk bumi. Kita bandingkan penduduk Indonesia saat merdeka dengan saat ini tentunya jauh lebih berkembang. Tuhan memberkati, dilanjutkan dalam ayat 18-19 keturunan Sem, Ham dan Yafet sampai seluruh bumi. Sesuai dengan maunya Tuhan. Mereka berkembang entah berapa lama.
Kejadian 10:32 Itulah segala kaum anak-anak Nuh menurut keturunan mereka, menurut bangsa mereka. Dan dari mereka itulah berpencar bangsa-bangsa di bumi setelah air bah itu.
“….setelah air bah itu maka berpencarlah bangsa-bangsa di bumi … menurut bangsa mereka”. Tiga orang ini adalah bersaudara dan dari mereka itulah berpencar bangsa-bangsa di bumi setelah air bah agar dalam perkembangannya itu tetap diberkati. Mengapa harus berpencar dan dari mana mulai berpencar, kapan mulainya? Tuhan menginginkan suatu perkembangan. Bangsa dari tiga bersaudara dengan istrinya masing-masing yang sudah beriman dan diselamatkan. Mengapa dengan berjalannya waktu tiga bersaudara akhirnya dapat terpecah-pecah padahal sama-sama di dalam keselamatan dan mengalami kelahiran baru tetapi juga mengalami keretakan dan perpisahan. Kita ini sudah dilahirkan kembali di dalam Yesus oleh air dan roh menjadi ciptaan yang baru. Waktu janin masih dalam kandungan dia tidak perlu minum susu, tidak perlu bernafas karena dibungkus dengan air ketuban, tidak perlu banyak bergerak hanya sekali-kali saja.
Musa menulis maka Allah berfirman : “Jadilah terang, maka terang jadi “ dan seterusnya. Maka ayat 20 juga : Allah memberkati dua manusia, namanya masih belum Adam dan Hawa, hanya lelaki dan perempuan dan berbicara kepada mereka. Komunikasi terjadi, tetapi komunikasi tidak akrab. Bukan Allah yang tidak mau akrab tetapi manusia yang tidak mau akrab. Dapat dibaca dari pasal 1 – 9, selalu Allah yang datang pertama kali dan berfirman. Waktu manusia jatuh dalam dosa Allah yang lebih dahulu datang, bukan hanya suara-Nya saja tetapi Dia datang mendekat yang membuat Adam dan Hawa takut untuk menjumpai Tuhan, di situlah awal manusia ada kecenderungan untuk berpisah baik dengan yang di atas maupun dengan yang di bawah, ada kerenggangan. Waktu Tuhan bertanya tentang penyebabnya, manusia katakan : “perempuan yang Engkau tempatkan di sisiku”, ini satu nasihat jika hubungan kita dengan Tuhan mulai renggang entah alasan apa saja, maka tidak sadar mempersalahkan Allah dengan adanya istri.
Kita masih ingat pasal 4, Allah berbicara pada Kain, tetapi Kain semakin jauh dari Allah, berarti dari Taman Eden yang menyatu mulai renggang walaupun belum keluar dari taman Eden sudah renggang hubungan dengan Tuhan dan hubungan dengan sesama di dalam nikah. Kemudian setelah keluar dari taman Eden semakin jauh, semakin samar-samar pengenalannya pada Sang Pencipta. Saya tantang saudara, katakanlah kita ikut PA mulai Januari, sampai pada malam ini sejauh mana pengenalan kita dengan Allah secara pribadi? Itu akan terlihat sejauh mana akrabnya kita dalam nikah, keluarga, sidang jemaat dan dengan yang lain-lain.
Selanjutnya kita melihat Allah harus menenggelamkan bumi dengan makhluk hidupnya kecuali 8 orang. Mulai terjadi komunikasi lagi, lebih erat lagi. Nuh dengan istri, tiga orang anak masih erat, dengan tiga orang menantu masih erat. Nuh sekeluarga diberkati karena Allah senang berkomunikasi dengan Nuh dan Nuh mau berhubungan dengan Allah. Ada sesuatu perubahan nikahnya diberkati, tidak ikut model dunia yang waktu itu kawin mengawinkan, makan-minum, memilih istri semaunya sendiri seperti pilih pakaian. Kemudian mempunyai anak, karena ada komunikasi yang baik dan erat maka anak-anaknya dengar-dengaran. Waktu itu begitu banyak wanita tetapi hanya tiga wanita yang dipilih. Firman Allah berkata mereka diberkati karena komunikasi yang baik.
Waktu kami suami-istri bertemu seorang hamba Tuhan, beliau mengatakan : saya diajar Tuhan. Mengapa? Waktu saya harus mengalami operasi kemudian dokter menyatakan kondisi saya good, no problem, saya tetap baca Alkitab tetapi tidak lagi serius karena saya sudah sehat. Waktu belum sehat saya baca Alkitab serius, saya berdoa serius. Begitu Tuhan kabulkan dan jadikan sehat maka saya baca Alkitab asal-asal saja, maka Tuhan ijinkan saya harus mengalami proses kembali. Saya katakan Tuhan terimakasih, dengan adanya itu saya sekarang akrab dengan Tuhan kembali. Bukan sehat, justru karena sakit. Berarti hamba Tuhan itu mengaku, tadinya dia sungguh-sungguh tapi kesungguhannya belum sepenuhnya kenal karena ada motivasi tetapi sekarang ini dia katakan saya semakin kenal. Kadang-kadang kita mengomel mengapa diberi sakit? Tuhan tahu jika kita sehat maka Tuhan dibuang. Jika kita terlalu kaya, Tuhan dibuang. Jika kita terlalu sibuk dengan berkat Tuhan maka Tuhan dibuang. Hamba Tuhan itu selalu mengajak istri dan anak-anaknya jangan lupa Tuhan dan kenal Tuhan.
Kita belajar pasal 1 – 11 semakin kenalkah atau kita tidak tahu apa-apa? Yang penting ini Alkitabnya orang Kristen. Seperti kitab sucinya dari agama A, B, C dan lainnya. Jika kita model seperti itu maka kita belum mengenal Sang Pencipta langit dan bumi. Belum mengerti apa maknanya tulisan dari Allah, Kejadian – Wahyu. Kita akan mengatakan bosan, sulit dimengeri, ini untuk sekolah Alkitab dan bukan untuk saya. Alkitab ini untuk manusia, tidak ada ayat mengatakan Alkitab ini untuk seorang pendeta.
Waktu Nuh kembali diberkati oleh Allah, Allah berkata kepada Nuh dan istrinya, kepada anak-anak dan istri mereka. Tuhan memberkati tetapi Nuh tidak berbuat apa-apa, mengapa Nuh harus mabuk dan telanjang? Mengapa Ham mengeluarkan perkataan yang tidak pantas untuk didengar. Mengapa Nuh mengeluarkan kutukan dan berkat yang terlihat sangat emosi? Semua keluar dari mulut bersumber dari hati. Apa buktinya?
Kejadian 8 : 20 - 22 Lalu Nuh mendirikan mezbah bagi TUHAN; dari segala binatang yang tidak haram dan dari segala burung yang tidak haram diambilnyalah beberapa ekor, lalu ia mempersembahkan korban bakaran di atas mezbah itu. Ketika TUHAN mencium persembahan yang harum itu, berfirmanlah TUHAN dalam hati-Nya: "Aku takkan mengutuk bumi ini lagi karena manusia, sekalipun yang ditimbulkan hatinya adalah jahat dari sejak kecilnya, dan Aku takkan membinasakan lagi segala yang hidup seperti yang telah Kulakukan. Selama bumi masih ada, takkan berhenti-henti musim menabur dan menuai, dingin dan panas, kemarau dan hujan, siang dan malam."
Setelah Tuhan menyelamatkan Nuh, istri dan tiga anak – tiga mantunya, ayat ini disebutkan : “Aku tidak akan mengutuk bumi ini lagi karena manusia, sekalipun yang ditimbulkan hatinya adalah jahat dari sejak kecilnya”. Semuanya bersumber dari hati dan dari sejak kanak-kanak. Jika anak-anak sejak kecil sudah tidak baik hubungannya oleh karena orang tua membeda-bedakan sulung dan bungsu, pria dan wanita, di situ hati mulai menyimpan kepahitan. Hatinya timbul yang jahat dari sejak kecilnya. Waktu itu Nuh sudah tua, bagaimana hatinya? Kita tidak tahu dan hanya Tuhan yang tahu. Ham juga sudah dewasa, disebutkan ada anaknya Kanaan, tetapi mereka lupa, hati mereka tidak dijaga. Raja Salomo mengatakan : Peliharalah hatimu lebih dari semua yang patut dipelihara, sebab dari dalamnya mengeluarkan kehidupan, bukan kematian, kebencian, tidak mengerti, tidak dapat berkomunikasi. Siapa yang dapat mengenal hati kecuali Allah. Siapa yang menciptakan hati? Siapa yang bisa mempersatukan kembali ? Allah.
Kita perhatikan, jika kita membaca ini apakah Tuhan senang? Sama sekali Tuhan tidak senang tentang kekacauan, tetapi mengapa Tuhan mengacaukan? tidak! Tapi Allah tahu. Saya akan kembali pada pasal 11 karena ada orang yang mengatakan itu gara-gara Allah sehingga manusia tidak bisa berkomunikasi. Tetapi jika saudara perhatikan baik-baik pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi dan isinya, Allah melihat semuanya itu sangat baik, kesatuan dalam nikah itu sangat baik, kesatuan dengan Allah itu sangat indah dan baik. Tetapi waktu manusia sudah jatuh dalam dosa semakin jauh komunikasi dengan Allah maka di situ kita lihat manusia semakin merasa dirinya hebat. Menyatu untuk apa? Kejadian pasal 8, “Sekalipun yang ditimbulkan hatinya adalah jahat dari sejak kecilnya.” Dan pada pasal 11 mereka satu hati, berpindah tempat sampai di daerah Sinear, berbuat apa? Jika bersatu hati berbuat baik itu sangat baik. Tetapi Rasul Paulus katakan manusia tidak ada yang baik, hatinya ingin berbuat baik tetapi yang dilakukannya adalah jahat. Di sini mereka bersatu hati dan hatinya jahat!
Itu sebabnya mengapa hati ini perlu dikuduskan oleh darah Yesus. Bagaimana kita disucikan jika kita tidak menghargai pengurbananNya? Darah Yesus menyucikan hati kita. Kenalkah kita akan darah Yesus? Waktu kita katakan darah Yesus ampuni saya! Tahukah bahwa Dia mati untuk kita dan tidak ada penggantinya. Waktu kita masih terlalu jahat dengan istri, waktu kita terlalu kurang ajar dengan suami, Tuhan ampuni saya dan Tuhan mengampuni. Tetapi seringkali kita tidak mengenal siapa yang mengampuni dan mengapa Dia mengampurni kita dan bagaimana caranya Dia mengampuni kita?
Jika kita masih meragukan Dia, maka hati kita belum tersentuh karena belum mengenal. Kita mungkin dapat bersalaman dan bercakap-cakap dengan seseorang yang tidak dikenal, tetapi hati ini tidak dapat menyatu. Tetapi sebaliknya jika kita sudah mengetahui orang itu, maka kita dapat meminta tolong kepada dia karena hati kita lengket dengan dia. Demikian pula hubungan kita dengan Tuhan. Oleh sebab itu, jika kita sudah kurang berkomunikasi denganNya, harus kita tingkatkan kembali.
Kita kembali pada kisah ini. Apakah salah jika mereka satu hati membangun kota atau menara? Tidak. Tetapi mengapa Tuhan mengacaukan mereka? Kesatuan hati mereka ini adalah karena jahat. Coba bayangkan jika sejak kecil hati mereka jahat, bersatu hati di dalam kejahatan. Lalu bertumbuh dan berkarya bersama-sama di dalam kejahatan, bahkan sampai ingin membangun menara sampai ke langit. Mereka seolah-olah ingin menunjukkan bahwa mereka lebih hebat dari Allah. Hal ini tidak sesuai dengan keinginan Allah. Untuk menghindari semua ini, maka Allah mengacaubalaukan bahasa mereka. Tuhan sesungguhnya melakukan ini karena Tuhan sayang dan tidak ingin mereka binasa seperti Ananias dan Safira ketika bersatu hati menipu Roh Kudus, mereka binasa. Jika kita gereja Tuhan bersatu hati dengan hati yang dikuduskan oleh firman dan darahNya, maka yang terjadi adalah kesatuan.
Saya dan isteri mengunjungi seorang hamba Tuhan yang sedang sakit. Banyak orang yang bercerita macam-macam tentang beliau. Namun kami tidak ada masalah apa-apa dengan beliau. Ketika kami bertemu, kami berpelukan. Beliau karena kondisi tubuhnya, tidak bisa datang. Namun orang-orang berbicara yang lain. Itulah kita manusia yang hatinya tidak mau disucikan oleh firman Tuhan dan darah Yesus. Jika hati kita dikuduskan oleh firman dan darahNya, maka kita akan lebih mengenal Dia. Sebagai suami, kita pertama-tama lebih mengenal isteri. Seorang isteri akan lebih mengenal suami. Sebagai ayah dan ibu, akan mengenal dan mencintai anaknya. Dunia sekarang ini sangat ingin merusak anak-anak kita. Oleh sebab itu, janganlah kita melihat anak-anak kita dengan hati yang tidak berkomunikasi dengan Tuhan.
Jika kita mengerti mengapa Allah mengacaubalaukan, maka kita tidak akan menyalahkanNya, tetapi justru akan sangat berterima kasih. Karena semua ini Dia lakukan untuk menolong manusia. Ketika mereka terpecah belah, mereka akan berprasangka satu sama lain, pikiran mereka tidak akan hilang. Sebagai contoh orang Batak dan orang Jerman. Ketika mereka menggunakan bahasa masing-masing pasti tidak dapat berkomunikasi. Kita saja yang saling mengenal satu sama lain, tetapi tidak dapat menyatu. Kita mengerti, tetapi hati tidak ingin menyatu. Oleh sebab itu, jangan cepat-cepat menyalahkan orang lain, tetapi hendaknya kita memohon kepada Tuhan agar hati ini diperbaiki menjadi hati yang lembut. Hati yang lembut akan terbuka bagi siapapun juga.
Yang kita lihat adalah mereka semakin berkembang dan tidak dapat berkomunikasi satu sama lain. Apakah Allah gagal? Kita harus yakin bahwa semua yang ditulis di dalam Alkitab ini saling berkaitan dan rencana Allah tidak pernah gagal. Meskipun banyak orang mengatakan bahwa Dia gagal. Dia adalah Allah Mahatahu, yang mengetahui dari awal sebelum semesta dijadikan sampai nanti akhirnya. Pada kitab Wahyu, Yesus mengatakan “Lihatlah, Aku menjadikan segala sesuatu baru!” Ayat ini bukan kreasi Rasul Yohanes, tetapi ini adalah firman Yesus. Yesus adalah firman yang berbicara pada waktu penciptaan. Kita harus percaya bahwa Alkitab ini, mulai dari Kejadian sampai Wahyu, Allah Tritunggal sudah ada. Allah Tritunggal selalu bersatu. Oleh sebab itu, Dia ingin kesatuan itu dimulai dari nikah. Dan akan diakhiri dengan dunia yang baru, di mana tidak ada lagi waktu, matahari maupun bulan. Terang Allah yang berada di Yerusalem yang baru sifatnya kekal. Dia adalah Allah Mahatahu. Dia mengetahui segalanya di dalam kehidupan kita. Saya menantang Saudara untuk senantiasa membaca Alkitab karena di dalamnya banyak hal yang dapat membingungkan kita. Sebagai contoh, apakah Allah mengetahui bahwa Adam nantinya akan mengikuti isterinya? Dia tahu. Apakah Allah bersandiwara dengan berkata kepada Adam, “Di manakah engkau?” Allah mengetahui bahwa Dia menciptakan manusia dengan kemampuan yang terbatas. Jika semuanya diberikan kepada kita, maka tidak seorangpun dapat mengerti.
Yesus datang ke dunia, Allah Bapa mengetahuinya. Yesus pun mengetahui kapan Dia akan datang dan bahwa Dia akan disalibkan. Kitab Wahyu mengatakan, “Barangsiapa namanya yang tidak tercantum di dalam Kitab Anak Domba yang tersembelih sebelum dunia dijadikan.” Jadi Yesus 2000 tahun yang lalu ketika disalibkan di Palenstina, sebenarnya sudah mengetahui bahwa untuk menyelamatkan kita, Dia harus melalui ini semua. Kita harus benar-benar mengenal Dia, agar kita tidak mengecilkan kekuasaan dan kemahatahuanNya, sehingga hidup dengan sembarangan. Marilah kita mensyukuri apa yang telah terjadi karena kita mengenal Dia. Seperti hamba Tuhan yang saya dan isteri jenguk tadi. Di dalam sakitnya, dia berterima kasih dan mengetahui bahwa Tuhan tahu dia sedang sakit. Jika tidak diberikan penyakit ini, dia akan semakin hilang. Ketika saya berbicara ini, Tuhan sudah mengetahuinya dan Dia berbicara kepada saya melalui Alkitab. Mazmur mengatakan bahwa sebelum aku menjadi janin, Tuhan sudah tahu. Sebelum aku lahir, Tuhan sudah tau. Sebelum aku berjalan, Dia sudah tahu. Sampai kapanpun, Dia mengetahui semuanya. Dan Dia mencatat semua perbuatan kita di dalam buku, seperti yang dituliskan di dalam Wahyu;
Wahyu 17:9-14 Yang penting di sini ialah akal yang mengandung hikmat: ketujuh kepala itu adalah tujuh gunung, yang di atasnya perempuan itu duduk, ketujuhnya adalah juga tujuh raja: lima di antaranya sudah jatuh, yang satu ada dan yang lain belum datang, dan jika ia datang, ia akan tinggal seketika saja. Dan binatang yang pernah ada dan yang sekarang tidak ada itu, ia sendiri adalah raja kedelapan dan namun demikian satu dari ketujuh itu dan ia menuju kepada kebinasaan. Dan kesepuluh tanduk yang telah kau lihat itu adalah sepuluh raja, yang belum mulai memerintah, tetapi satu jam lamanya mereka akan menerima kuasa sebagai raja, bersama-sama dengan binatang itu. Mereka seia sekata, kekuatan dan kekuasaan mereka, mereka berikan kepada binatang itu. Mereka akan berperang melawan anak Domba. Tetapi Anak Domba akan mengalahkan mereka, karena Ia adalah Tuan di atas segala tuan dan Raja di atas segala raja. Mereka bersama-sama dengan Dia juga akan menang, yaitu mereka yang terpanggil, yang telah dipilih dan yang setia.
Dari pembacaan di atas, kita dapat melihat bahwa ada yang satu hati mengikuti kejahatan dan ada pula yang satu hati mengikuti Anak Domba. Peperangan terjadi. Di manakah kita? Jika kita kembali pada Kejadian 11, Tuhan mengacaubalaukan karena Tuhan mengenal hati dan ingin menyelamatkan manusia. Agar kita jangan sombong. Kesatuan itu terjadi bukan karena kekuatan manusia, tetapi oleh firman Allah. Kesatuan di luar firman Allah, akan menghasilkan kesombongan yang berdampak pada perlawanan terhadap firman, seperti Wahyu yang telah kita baca tadi. Mereka semakin menyatu, bukan binatang biasa, tetapi menjadi suatu kerajaan, di mana pemerintahan dunia tunduk padanya. Mereka bersatu untuk melawan Anak Domba. Bagaimana dengan kita, apakah ingin menyatu dengan Anak Domba atau dengan yang lain? Makan perjamuan saja kita seringkali bermain-main. Kita harus berhati-hati dengan hal ini. Kita dapat melihat bahwa kerenggangan hubungan manusia dengan Tuhan dimulai pada Kejadian pasal 3. Tetapi Tuhan berjanji bahwa keturunan wanita akan meremukkan ular.
Kita tahu Yesus sudah berkorban, tetapi kadang-kadang perhargaan kita kepada kurban Kristus kurang - karena kita kurang mengenal Tuhan. Kita terlalu gampang mengatakan bahwa Yesus sudah mati untuk saya. Tetapi secara fisik, Dia harus menunggu benih itu muncul setelah 4000 tahun sejak di taman Eden – di mana Hawa tergoda tetapi Tuhan katakan dari benih perempuan ini akan menghancurkan kepala ular itu. Tuhan mencari dan mempersiapkan benih ini. Itu sebabnya, mengapa Tuhan memelihara Nuh dan keluarganya. Terjadi kekeliruan dan kekacauan lagi, terjadi pemisahan lagi. Tuhan tetap memilih Sem dan Tuhan tetap memelihara hidup ini.
Kejadian 11 : 10 , 25 - 32 Inilah keturunan Sem. Setelah Sem berumur seratus tahun, ia memperanakkan Arpakhsad, dua tahun setelah air bah itu...... Nahor masih hidup seratus sembilan belas tahun, setelah ia memperanakkan Terah, dan ia memperanakkan anak-anak lelaki dan perempuan. Setelah Terah hidup tujuh puluh tahun, ia memperanakkan Abram, Nahor dan Haran. Inilah keturunan Terah. Terah memperanakkan Abram, Nahor dan Haran, dan Haran memperanakkan Lot. Ketika Terah, ayahnya, masih hidup, matilah Haran di negeri kelahirannya, di Ur-Kasdim. Abram dan Nahor kedua-duanya kawin; nama isteri Abram ialah Sarai, dan nama isteri Nahor ialah Milka, anak Haran ayah Milka dan Yiska. Sarai itu mandul, tidak mempunyai anak. Lalu Terah membawa Abram, anaknya, serta cucunya, Lot, yaitu anak Haran, dan Sarai, menantunya, isteri Abram, anaknya; ia berangkat bersama-sama dengan mereka dari Ur-Kasdim untuk pergi ke tanah Kanaan, lalu sampailah mereka ke Haran, dan menetap di sana. Umur Terah ada dua ratus lima tahun; lalu ia mati di Haran.
Kita perhatikan keturunan Sam, 100 tahun Sam melahirkan Arpakhsad dan seterusnya, tidak disebutkan istri, tetapi khusus pasal 11 isteri mulai disebutkan dan namanya pun disebut. Terah mempunyai 3 anak, Abram, Nahor, Haran. Haran disebutkan mempunyai anak Lot, berarti isteri Haran ada tetapi tidak disebut namanya, Haran mati lebih dahulu, sisa Lot. Nahor menikah, isterinya bernama Milkha, mempunyai anak, tetapi tidak ikut dalam rombongan Terah yang membawa anaknya Abram dan keponakannya Lot menuju ke Kanaan. Selanjutnya Abraham mengambil isteri yang bernama Sarai.
Tuhan menunjukkan betapa kesatuan itu dimulai dari hubungan nikah. Pada kejadian 1, laki dan perempuan, pasal 2 lebih jelas, laki dan perempuan, Adam, pasal 3, namanya Hawa, kemudian tidak lagi. Tetapi mulai pasal 11, Tuhan mulai memulihkan kesatuan, pengertian, komunikasi - dimulai dari yang bisa berkomunikasi, yaitu keturunan Sam. Tuhan mau memberkati Abram (pasal 12) dengan isterinya Sarai, dicatat dengan jelas Sarai mandul - tidak punya anak. Roh Tuhan menggerakkan Musa untuk menulis, karena ini mengandung pengertian yang indah – Tuhan memilih nikah yang baik. Tuhan telah memilih Abram dan Sarai. Allah bertanggung jawab soal nikahnya, sehingga Allah berkata, “Abram, Aku memberkati kamu supaya menjadi berkat buat bangsa-bangsa yang lain.” Berkat apa? Berkat nikah supaya nikahnya menjadi contoh bagi yang lain.
Abraham percaya dan dia berangkat – di pasal 12, dia tidak mempunyai anak saat meninggalkan Urkasdim berumur 75 tahun. Dia harus beriman kepada Allah, sampai pada pasal 21, baru munculnya Ishak pada saat dia berusianya 100 tahun, jadi 25 tahun imannya bertambah tanpa anak. Walaupun dia pernah gagal mendapatkan anak dengan gundiknya, Hagar, tetapi imannya pada Allah diuji 25 tahun, tambah kuat - karena dia bergaul dengan Allah. Dari Abraham itulah menjadi patokan buat kita semuanya, jika kita beriman seperti Abraham, maka iman kita bertambah.
Roma 4 : 17 – 25 seperti ada tertulis: "Engkau telah Kutetapkan menjadi bapa banyak bangsa" --di hadapan Allah yang kepada-Nya ia percaya, yaitu Allah yang menghidupkan orang mati dan yang menjadikan dengan firman-Nya apa yang tidak ada menjadi ada. Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya, bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa, menurut yang telah difirmankan: "Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu." Imannya tidak menjadi lemah, walaupun ia mengetahui, bahwa tubuhnya sudah sangat lemah, karena usianya telah kira-kira seratus tahun, dan bahwa rahim Sara telah tertutup. Tetapi terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah, dengan penuh keyakinan, bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan. Karena itu hal ini diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran. Kata-kata ini, yaitu "hal ini diperhitungkan kepadanya," tidak ditulis untuk Abraham saja, tetapi ditulis juga untuk kita; sebab kepada kitapun Allah memperhitungkannya, karena kita percaya kepada Dia, yang telah membangkitkan Yesus, Tuhan kita, dari antara orang mati, yaitu Yesus, yang telah diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita.
Itu imannya Abraham, seyogyanya menjadi iman kita bangsa kafir. Berarti meninggalkan kepercayaan-kepercayaan yang sia-sia. Percaya kepada Allah. Abraham 100 tahun tetap kuat dalam kondisi tidak punya anak. Luar biasa! bapak-bapak jika membaca ini akan menjadi pengayom yang hebat bagi isteri-isteri. Tetapi isteri juga jangan lemah - dikuatkan oleh firman Tuhan. Saat Abraham sudah berumur 100 tahun, Sarah sudah berumur 90 tahun. Imannya masih tetap kuat.
Ibrani 11 : 11 - 12 Karena iman ia juga dan Sara beroleh kekuatan untuk menurunkan anak cucu, walaupun usianya sudah lewat, karena ia menganggap Dia, yang memberikan janji itu setia. Itulah sebabnya, maka dari satu orang, malahan orang yang telah mati pucuk, terpancar keturunan besar, seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, yang tidak terhitung banyaknya.
Tingkah laku Sarah dicacat oleh firman Tuhan. Dari namanya Sarai sampai diganti Sarah, dari bangsa kafir, menjadi orang Kristen. Abraham sudah percaya, ibu Sarah sudah percaya. Dari bangsa kafir tiba-tiba dipanggil. Bukan main suami isteri yang tadinya tidak mengenal Tuhan - betul-betul kafir. Begitu dipanggil, langsung beriman sampai akhir hidupnya. Kadang kita sudah diajar dari sekolah minggu, saat SMP mulai goyah, SMA tidak mau masuk kebaktian lagi, masuk universitas, beranggapan Tuhan itu tidak ada. Mungkin itu tidak terjadi di Indonesia, tetapi di Amerika itu terjadi, saat masuk universitas, beranggapan Tuhan tidak ada, manusia terjadinya karena evolusi. Karena sekolah-sekolah mengajarkan tentang evolusi, adanya dinosaurus yang sudah punah jutaan tahun silam. Kapan terjadinya bumi? Sudah jutaan tahun yang lalu, karena suatu ledakan yang besar. Itu yang diajarkan di sekolah-sekolah. Sekolah di Amerika dilarang mengajarkan tentang penciptaan, dilarang membaca Alkitab.
Abraham dan Sarah satu kali beriman tetap beriman, walaupun mereka belum menerima janjinya, kata Ibrani – imannya tetap tidak goyah. Seorang dokter gigi, seorang Kristen berbicara kepada saya, “memang betul pak, kami sudah belajar gigi dari manusia purba, mengapa gigi manusia purba itu seperti taring dan sekarang tidak ada? Dulu makan daging maka perlu gigi taring, coba bapak Paulus melihat giginya, ada taring kan, kenapa kecil karena sekarang sudah tidak makan daging,” padahal saya makan daging ayam, kok tidak keluar taringnya lagi? Apakah benar manusia purba perlu taring untuk merobek-robek binatang makanannya, setelah jutaan tahun kemudian giginya masuk sendiri menjadi gigi seperti sekarang ini? Coba pikirkan baik-baik, Allah menciptakan langit dan bumi sampai pasal 11. Mari belajar kenal Tuhan lebih sungguh-sungguh , tidak cukup hanya mengenal Alkitab, tetapi pribadi yang tertulis di dalamnya. Kita baca lagi dan komunikasi dengan keluarga, maka iman kita bertumbuh karena di rumah juga membaca Alkitab, mendengarkan firman Kristus.
Amin.