Pendalaman Alkitab "TABERNAKEL"

#48: Kel.40:34-38 Awan TUHAN di atas Kemah Suci

 

Pdt. Paulus Budiono

18 FEBRUARI 2013

 

Bersama istri kami sampaikan shalom.

Puji Tuhan, malam ini kita memasuki PA ke-48. Tuhan menolong kita untuk tetap hadir dan apabila terpaksa tidak dapat hadir tetapi memiliki kerinduan, bacalah buletin yang sudah dibagikan yang berdasarkan Alkitab karena Firman Allah memberikan iman.

Seyogyanya kita membaca Alkitab yang sudah diberikan kepada bangsa Israel dan sekarang kepada bangsa Kafir supaya kita manusia berdosa dibawa kembali kepada Bapa Surgawi yang penuh kasih. Alkitab bukan hanya pedoman hidup moralitas tetapi mengandung keselamatan. Kita membaca bersama

Yohanes 1:14Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran”.

Kita sebagai Tubuh Kristus hanya dapat dikuatkan oleh Yesus Kristus – kepala gereja, bukan oleh pendeta, suami, istri atau manusia siapapun juga.

Keluaran 40:34-38 Lalu awan itu menutupi Kemah Pertemuan, dan kemuliaan TUHAN memenuhi Kemah Suci, sehingga Musa tidak dapat memasuki Kemah Pertemuan, sebab awan itu hinggap di atas kemah itu, dan kemuliaan TUHAN memenuhi Kemah Suci. Apabila awan itu naik dari atas Kemah Suci, berangkatlah orang Israel dari setiap tempat mereka berkemah. Tetapi jika awan itu tidak naik, maka mereka pun tidak berangkat sampai hari awan itu naik. Sebab awan TUHAN itu ada di atas Kemah Suci pada siang hari, dan pada malam hari ada api di dalamnya, di depan mata seluruh umat Israel pada setiap tempat mereka berkemah.

Dalam enam ayat di atas ada tiga poin yang akan kita bahas yaitu :

1. Ayat 34 : Awan kemuliaan Allah menutupi dan memenuhi miskhan

2. Ayat 35 : Musa tidak dapat masuk kemah suci

3. Ayat 36-38 : Tujuan bangsa Israel ke Kanaan dituntun oleh Tuhan dengan tiang awan pada siang hari dan tiang api pada malam hari. Tuhan menuntun dan melindungi sampai pada akhir perjalanan mereka.

 

Awan kemuliaan Allah menutupi dan memenuhi miskhan.

Allah tidak memenuhi Tabernakel dalam kemuliaan-Nya jika Musa ‘tidak berbuat’ seperti yang diperintahkan Allah. Setiap perintah Tuhan, Musa bersama bangsa Israel melakukan semuanya dengan ‘tepat’ tidak ada satupun yang melenceng (pasal 39). Setelah bahan-bahan mentah diolah menjadi bangunan dan semua perabotan secara lengkap, kemudian Allah menyuruh Musa mendirikan Kemah Suci – terjadi suatu kesinambungan. Tuhan selalu konsisten - tidak pernah mengabaikan satu bagianpun yang telah difirmankan-Nya.

Kita sudah membaca bagaimana Musa dibantu Bezaleel dan Aholiab bersama para ibu dan bapak serta seluruh bangsa Israel dengan sangat serius mengerjakannya. Ini mengajarkan kita jika hamba Tuhan serius maka seluruh sidang jemaat juga akan serius tetapi bukan berarti terfokus kepada ‘pemimpin’ tetapi kepada apa yang dikatakan Firman Allah. Ini semua merupakan kerja sama yang indah sehingga kemuliaan Tuhan tampak sebagai awan menutupi dan memenuhi kemah suci.

Dalam Yohanes 1:14, kita melihat kemuliaan firman yang menjadi manusia, kemuliaan dari Anak Tunggal Bapa. Rasul Yohanes mewakili teman-temannya menulis dan menceritakan kembali supaya jemaat yang menerima surat itu dapat mengetahui kemudian mengalami persekutuan yang semakin erat.

Bukan hanya waktu pertama kali didorong untuk berkurban sehingga semuanya bergairah berkurban dengan sepenuh hati dan bersatu hati bahkan sampai dihentikan karena sudah berkelebihan. Kemudian Tuhan memakai Aholiab dan Bezaleel membantu Musa bersama dengan yang lain bersatu hati. Setelah selesai mendirikan tetap bersatu hati, saat berangkat juga dalam kesatuan. Ketika bangsa Israel keluar dari Mesir, tidak ada satu pun yang ketinggalan.

Keluaran 10:24-26 Lalu Firaun memanggil Musa serta berkata: "Pergilah, beribadahlah kepada TUHAN, hanya kambing dombamu dan lembu sapimu harus ditinggalkan, juga anak-anakmu boleh turut beserta kamu."

Tetapi Musa berkata: "Bahkan korban sembelihan dan korban bakaran harus engkau berikan kepada kami, supaya kami me-nyediakannya untuk TUHAN, Allah kami. Dan juga ternak kami harus turut beserta kami dan satu kaki pun tidak akan tinggal, sebab dari ternak itulah kami harus ambil untuk beribadah kepada TUHAN, Allah kami; dan kami tidak tahu, dengan apa kami harus beribadah kepada TUHAN, sebelum kami sampai di sana."

Keluaran 12:31-33,37,41-42 Lalu pada malam itu dipanggilnyalah Musa dan Harun, katanya: "Bangunlah, keluarlah dari tengah-tengah bangsaku, baik kamu maupun orang Israel; pergilah, beribadahlah kepada TUHAN, seperti katamu itu. Bawalah juga kambing dombamu dan lembu sapimu, seperti katamu itu, tetapi pergilah! Dan pohonkanlah juga berkat bagiku."

Orang Mesir juga mendesak dengan keras kepada bangsa itu, menyuruh bangsa itu pergi dengan segera dari negeri itu, sebab kata mereka: "Nanti kami mati semuanya." ........

Kemudian berangkatlah orang Israel dari Raamses ke Sukot, kira-kira enam ratus ribu orang laki-laki berjalan kaki, tidak termasuk anak-anak.

.......Sesudah lewat empat ratus tiga puluh tahun, tepat pada hari itu juga, keluarlah segala pasukan TUHAN dari tanah Mesir. Malam itulah malam berjaga-jaga bagi TUHAN, untuk membawa mereka keluar dari tanah Mesir. Dan itulah juga malam berjaga-jaga bagi semua orang Israel, turun-temurun, untuk kemuliaan TUHAN.

Jikalau Allah bekerja dan menyelamatkan maka Allah tidak ingin ada satupun yang ketinggalan.

Saat itu secara nyata diperintahkan untuk meminta emas, perak dan sebagainya kepada bangsa Mesir dan mereka memberikannya dengan murah hati (Keluaran 12:35-36 Red.). Pada tengah malam, tidak dapat dibayangkan bagaimana bingung, hiruk pikuknya rombongan bangsa Israel, karena selama 430 tahun mereka tidak pernah ke mana-mana, tiba-tiba Tuhan menyuruh keluar. Tuhan konsekuen, apabila Dia menyelamatkan maka semuanya diselamatkan. Secara logika saat itu pasti setiap laki-laki yang bertanggung jawab sebagai kepala keluarga akan menghitung keluarganya satu per satu dan diajak keluar.

Jika kita mau mempelajari tabernakel yaitu sampai Allah benar-benar menyiapkan diri-Nya untuk hadir di tengah keluarga Israel dan tidak ada satupun yang tercecer. Ini mendorong kita agar dalam mempelajari Tabernakel tidak hanya untuk pribadi diri sendiri. Kalau kita katakan Yesus adalah Tabernakel bagi kehidupan kita, maka bukan pribadi sendiri, Dia ingin kita semua mengalami hadirat Tuhan. Mulai keluar dari Mesir sampai masuk dalam rencana-Nya, Tuhan yang membawa mereka untuk berkurban dengan sukarela, sekalipun disebutkan wajib tetapi hati mereka benar-benar terdorong untuk ikut berkurban.

Pada Seminar Tabernakel mendatang akan menjadi sulit dan menghadapi kendala jikalau kita tidak menyatu. Kita akan mengundang seribu hamba Tuhan yang rindu untuk belajar tentang Alkitab - Firman Allah, bukan kita dapat memberi sesuatu, tetapi kita ingin belajar bersama, sehingga kita menjadi satu seperti bangsa Israel yang hanya mempunyai Taurat. Mereka diwajibkan membaca Taurat Musa - lima kitab. Ini harus menjadi ketekadan hati kita.

Dari awal selalu ada kesatuan, selalu ada kebersamaan dalam penderitaan, keluar dari Mesir, menyeberang Laut Tiberau, tiba di Gunung Sinai, berkorban, melakukan perintah, sampai pada menyerahkan hasil pekerjaan, semuanya dilakukan bersama dalam kesatuan dan seturut perintah Tuhan.

Keluaran 39 : 30 – 32 Dibuat merekalah patam, jamang yang kudus dari emas murni, dan pada jamang itu dituliskan tulisan, diukirkan seperti meterai: Kudus bagi TUHAN. Dipasang merekalah pada patam itu tali ungu tua untuk mengikatkan patam itu pada serbannya, di sebelah atas--seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa. Demikianlah diselesaikan segala pekerjaan melengkapi Kemah Suci, yakni Kemah Pertemuan itu. Orang Israel telah melakukannya tepat seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa, demikianlah mereka melakukannya.

Dari bahan mentah, sekarang sudah menjadi barang jadi tetapi masing-masing masih diletakkan menurut kemauan mereka sendiri. Ibu-ibu yang menenun dibawah pimpinan Bezaliel dan Aholiab juga sudah menyelesaikan pekerjaannya dan Musa sudah memeriksanya. Musa juga memeriksa ke tempat lain. Semua sudah melakukan pekerjaan masing-masing dengan benar seturut perintah-Nya.

Keluaran 39: 33-35 Dibawa merekalah Kemah Suci itu kepada Musa, yakni kemah dengan segala perabotannya: kaitannya, papannya, kayu lintangnya, tiangnya dan alasnya, tudung dari kulit domba jantan yang diwarnai merah, tudung dari kulit lumba-lumba, tabir penudung, tabut hukum Allah dengan kayu-kayu pengusungnya dan tutup pendamaian,...

Di sini ada satu kesatuan yang luar biasa karena semua tertulis dengan “koma” bukan “titik”, baik bahasa Mandirin maupun Indonesia. Pada ayat 41 tertulis “titik” yang berarti telah selesai.

Keluaran 39: 41 – 42 pakaian jabatan yang dipakai apabila diselenggarakan kebaktian di tempat kudus, pakaian kudus untuk imam Harun, dan pakaian anak-anaknya untuk memegang jabatan imam. Tepat seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa, demikianlah dilakukan orang Israel segala pekerjaan melengkapi itu.

Apabila diaplikasikan dalam aspek hidup kita, terutama dalam pelayanan pekerjaan Tuhan maka tidak ada satupun yang hidup untuk diri sendiri. Apapun yang kita kerjakan seperti tertulis dalam Roma, 2 Korintus 5; semuanya untuk kepentingan Tuhan, bukan untuk kepentingan diri sendiri.

2 Korintus 5 : 13-15 Sebab jika kami tidak menguasai diri, hal itu adalah dalam pelayanan Allah, dan jika kami menguasai diri, hal itu adalah untuk kepentingan kamu. Sebab kasih Kristus yang menguasai kami, karena kami telah mengerti, bahwa jika satu orang sudah mati untuk semua orang, maka mereka semua sudah mati. Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka

Roma 14 : 7-10 Sebab tidak ada seorangpun di antara kita yang hidup untuk dirinya sendiri, dan tidak ada seorangpun yang mati untuk dirinya sendiri. Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan. Sebab untuk itulah Kristus telah mati dan hidup kembali, supaya Ia menjadi Tuhan, baik atas orang-orang mati, maupun atas orang-orang hidup. Tetapi engkau, mengapakah engkau menghakimi saudaramu? Atau mengapakah engkau menghina saudaramu? Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Allah.

Kesatuan itu terjadi jikalau kita tidak menghakimi orang lain.

Surat Roma / Korintus untuk bangsa kafir, kitab Keluaran sebenarnya untuk bangsa Yahudi. Tetapi kita dapat melihat suatu kesatuan yang luar biasa.

Jika kita suka menghakimi orang lain, itu merupakan celah terjadinya gap. Mungkin awalnya tidak terasa, hanya sedikit menggosip, menghina, pada Roma 14 persoalan makan, minum, ada yang menghina dan ada yang menjadi minder. Itu terjadi pada bangsa kafir - Roma yang juga menunjuk pada kita bangsa kafir, suka seperti itu.

Kita mempunyai budaya sendiri kemudian menjelekkan budaya orang lain. Serigkali kita merasa budaya kita yang paling bagus. Saat ini kita dibawa untuk mengenal Kristus supaya kita memiliki budaya Kristus, kerajaan surga. Budaya kerajaan surga tidak ada yang saling menghina, menghakimi, tetapi saling menyatu, hidup untuk Tuhan.

Bagaimana hidup untuk Tuhan? Yaitu hidup untuk sesama yang ada disekitar kita.

Pada kitab Keluaran terlihat tidak ada tanda baca “titik” semuanya “koma”, itu berarti ada kesatuan erat yang wujudnya adalah Tabernakel. Kita memiliki karunia dari Allah, ada yang sebagai mata, mulut dan lain-lain. Tapi semua itu tidak akan terwujud jika tidak ada kesatuan. Ada yang mempunyai karunia kesembuhan, hikmat, berkata-kata, pengetahuan, mujizat dan sebagainya tetapi tidak akan terwujud dalam tubuh Kristus jika itu berdiri sendiri, kelompok sendiri. Masing-masing pribadi memiliki rasa “wah”.

Saat bangsa Israel menyerahkan tenda kepada Musa, begitu “wah” dan luar biasa kemudian disatukan dengan kaitan emas, ada tenda lain yang juga memiliki “wah” yang bukan main.

Apa arti “wah” dari Gereja Johor, Lemah Putro jika tidak ada kaitan dengan gereja yang lain?

Kita harus belajar bagaimana dari kulit domba yang kecil dijahit dengan rapi menjadi lembaran yang dicelup merah sehingga menjadi suatu tudung besar dengan ukuran 30 hasta panjangnya, 10 hasta lebarnya dan 10 hasta tingginya sehingga dapat menutupi seluruh miskhan. Bukankah itu suatu “wah” yang luar biasa!

Kemudian ada yang membuat kayu penaga dengan digergaji dan discrub begitu rata sebanyak 48 papan dan semuaya dibuat dengan rapi, disalut emas. Itu juga suatu “wah” luar biasa.

Pada pasal 40 Tuhan perintahkan Musa untuk mendirikan, dan apa yang Musa perbuat? dia dirikan seturut, sesuai dengan gambar awal. Jangan kemudian kita mempunyai kebenaran sendiri, “Jangan diletakkan di sana! harus di sini, atau saya suka diletakkan di sini karena saya berkurban paling banyak.” Bangunan ini bukan keinginan Musa tetapi Musa membangunnya persis dengan blue print pertama yang diperintahkan Allah.

Saat ini kita dipakai Tuhan untuk mempersiapkan seminar Tabernakel mendatang, kita harus rela di mana Tuhan tempatkan. Semua kesatuan harus disatukan oleh Dia yang memimpin bukan Musa. Musa hanya pelaksana dari apa yang Tuhan perintahkan.

Kita masih pada Keluaran 40: 34 di mana awan kemuliaan Allah menutup miskhan. Musa mempraktikkan dengan sungguh-sungguh perintah Tuhan dalam Keluaran 40, yaitu membangun Tabernakel sesuai perintah Tuhan yang awal. Jadi, Firman Tuhan yang awal dan Firman Tuhan berikutnya semua sama. Sekalipun dalam penulisannya ada hal-hal yang mungkin disederhanakan tetapi ketika Musa mempraktikkannya, ia melihat apakah yang dibuat itu berfungsi atau tidak.

Jangan sampai kita sudah ibadah tetapi dalam ibadah itu tidak terjadi suatu pemba-ngunan dan kesatuan. Misalkan, ada gereja yang berdoa satu hari 7 jam berturut-turut. Apakah berdoa untuk kesatuan atau untuk kebanggaan gereja? Atau kita memiliki pengajaran meja roti, apakah untuk diri sendiri atau untuk ditempatkan di mana Tabernakel dibangun sehingga merupakan satu kesatuan?

Dimulai dari kita terlebih dahulu supaya Tuhan berkenan untuk mendorong hamba-hamba Tuhan melalui undangan kita. Hamba-hamba Tuhan itu dapat melihat hamba-hamba Tuhan yang ikut dalam PA sekian lama, sidang jemaat Johor dan Lemah Putro dan para siswa siswi dapat terlihat kesatuan sekalipun tidak sempurna tetapi menunjukkan adanya kerjasama.

Keluaran 40: 17-19 Dan terjadilah dalam bulan yang pertama tahun yang kedua, pada tanggal satu bulan itu, maka didirikanlah Kemah Suci. Musa mendirikan Kemah Suci itu, dipasangnyalah alas-alasnya, ditaruhnya papan-papannya, dipasangnya kayu-kayu lintangnya dan didirikannya tiang-tiangnya. Dikembangkannyalah atap kemah yang menudungi Kemah Suci dan diletakkannyalah tudung kemah di atasnya--seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa.

Keluaran 40: 1-2 Berfirmanlah TUHAN kepada Musa:"Pada hari yang pertama dari bulan yang pertama haruslah engkau mendirikan Kemah Suci, yakni Kemah Pertemuan itu.

Mari membandingkan ayat di atas, pada ayat 17 – 19 tentang Tabernakel yang begitu lengkap tetapi pada ayat 1 – 2 di sini Allah berfirman dengan sederhana, “Pada bulan 1, tanggal 1 kamu harus dirikan Miskhan.” Mengapa? Jika kita menemukan Firman Allah yang sederhana mari kita memeriksa firman yang berkaitan itu pasti kita akan mendapatkan kelengkapannya.

 

Keluaran 26: 1, 7, 14-18

"Kemah Suci itu haruslah kaubuat dari sepuluh tenda dari lenan halus yang dipintal benangnya dan dari kain ungu tua, kain ungu muda dan kain kirmizi; dengan ada kerubnya, buatan ahli tenun, haruslah kaubuat semuanya itu.......

Juga haruslah engkau membuat tenda-tenda dari bulu kambing menjadi atap kemah yang menudungi Kemah Suci, sebelas tenda harus kaubuat.......

Juga haruslah engkau membuat untuk kemah itu tudung dari kulit domba jantan yang diwarnai merah, dan tudung dari kulit lumba-lumba di atasnya lagi. Haruslah engkau membuat untuk Kemah Suci papan dari kayu penaga yang berdiri tegak, sepuluh hasta panjangnya satu papan dan satu setengah hasta lebarnya tiap-tiap papan. Tiap-tiap papan harus ada dua pasaknya yang disengkang satu sama lain; demikianlah harus kauperbuat dengan segala papan Kemah Suci. Haruslah engkau membuat papan-papan untuk Kemah Suci, dua puluh papan pada sebelah selatan.

Kita telah membaca pada Keluaran 40 bahwa Musa membangun persis seperti perintah Tuhan. Ada papan, alas, kayu lintang, tenda, atap, dan ada tudung-tudung di atasnya. Semua bangunan Tabernakel sudah selesai tetapi dianggap tidak selesai kalau tidak disatukan.

Jika kita disebut Tabernakel maka kita semua harus sama. Jangan saya berbicara Tabernakel tetapi keinginan saya Molokh. Bangsa Israel pernah memikul Tabernakel Molokh, menakutkan sekali. Tuhan mau kita selalu memeriksa, jangan sampai ada ayat-ayat yang terlewatkan karena berbicara kesatuan bukan hanya berbicara pribadi sendiri.

Keluaran 40: 20, 22-25

Diambilnyalah loh hukum Allah dan ditaruhnya ke dalam tabut, dikenakannyalah kayu pengusung pada tabut itu dan diletakkannya tutup pendamaian di atas tabut itu.......

Ditaruhnyalah meja di dalam Kemah Pertemuan pada sisi Kemah Suci sebelah utara, di depan tabir itu. Diletakkannyalah di atasnya roti sajian menurut susunannya, di hadapan TUHAN--seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa. Ditempatkannyalah kandil di dalam Kemah Pertemuan berhadapan dengan meja itu, pada sisi Kemah Suci sebelah selatan. Dipasangnyalah lampu-lampu di atasnya di hadapan TUHAN--seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa.

Alkitab dibaca untuk kesatuan agar gereja Tuhan selamanya satu dan Yesus adalah kepala gereja. Mari kita membaca :

 

 

Keluaran 25: 10, 16, 21,22

"Haruslah mereka membuat tabut dari kayu penaga, dua setengah hasta panjangnya, satu setengah hasta lebarnya dan satu setengah hasta tingginya.......

Dalam tabut itu haruslah kautaruh loh hukum, yang akan Kuberikan kepadamu....Haruslah kauletakkan tutup pendamaian itu di atas tabut dan dalam tabut itu engkau harus menaruh loh hukum, yang akan Kuberikan kepadamu. Dan di sanalah Aku akan bertemu dengan engkau dan dari atas tutup pendamaian itu, dari antara kedua kerub yang di atas tabut hukum itu, Aku akan berbicara dengan engkau tentang segala sesuatu yang akan Kuperintahkan kepadamu untuk disampaikan kepada orang Israel."

Keluaran 25 adalah awal selanjutnya Keluaran 35 adalah tindak lanjut dari bahan-bahan mentah menjadi barang jadi. 2 loh batu sudah ada tetapi belum dimasukkan dalam tabut perjanjian. Entah diletakkan di mana tetapi peti, tabut dan tutup peti sudah ada dalam Keluaran 39. Dalam Keluaran 40 dituliskan Musa meletakkan 2 loh batu di dalam peti, ditutupnyalah tutup pendamaian, dimasukkan ke dalam tempat Maha Kudus.

Keluaran 25: 23-24, 30-31, 37, 40

"Lagi haruslah engkau membuat meja dari kayu penaga, dua hasta panjangnya, sehasta lebarnya dan satu setengah hasta tingginya. Haruslah engkau menyalutnya dengan emas murni dan membuat bingkai emas sekelilingnya. .....

Dan haruslah engkau tetap meletakkan roti sajian di atas meja itu di hadapan-Ku." "Haruslah engkau membuat kandil dari emas murni; dari emas tempaan harus kandil itu dibuat, baik kakinya baik batangnya; kelopaknya--dengan tombolnya dan kembangnya--haruslah seiras dengan kandil itu......

Haruslah kaubuat pada kandil itu tujuh lampu dan lampu-lampu itu haruslah dipasang di atas kandil itu, sehingga diterangi yang di depannya. Dan ingatlah, bahwa engkau membuat semuanya itu menurut contoh yang telah ditunjukkan kepadamu di atas gunung itu."

Kita sudah membaca saat perintah ini dibuat, dikumpulkan, dan dibangun.

Pelita tidak di situ sendiri, tetapi ditempatkan berjejeran dengan meja roti. Secara fisik benda-benda mati itu tidak berkomentar apa-apa, pelita diletakkan di sebelah Selatan puji Tuhan, meja roti diletakkan di sebelah Utara bersyukur. Sementara mazbah pembakaran dupa diletakkan di tengah juga bersyukur.

Bagaimana dengan kita yang hidup, sudahkah kita berfungsi dengan baik?

Apa doa kita ada kaitannya dengan jemaat atau hanya untuk kepentingan pribadi?

Kita mempelajari pengajaran Tabernakel, Kabar Mempelai dalam terangnya Tabernakel. Terpola sedemikian rupa untuk kita dan untuk gereja pada umumnya sehingga menjadi Am. Ini yang kita rindukan supaya pengajaran ini, semakin kita menggali semakin kita diyakinkan pada suatu pola, yaitu Yesus sebagai Firman yang inkarnasi menjadi daging manusia dan yang ber-Tabernakel ditengah-tengah kita. Dia ber-Tabernakel supaya dapat dibaca, dilihat, didengar, diikuti oleh semua orang.

Jika kita hanya mementingkan diri sendiri dan merasa “Saya yang paling benar, paling murni”, karena menganggap dirinya yang paling, misalkan dia sebagai pelita maka dia merupakan pelita yang tidak berguna bagi yang lain.

Setelah semua alat-alat Tabernakel sudah didirikan oleh Musa, maka Allah berkenan untuk hadir dan Tabernakel pada waktu itu adalah untuk kepentingan seluruh bangsa Yahudi. Karena mereka ikut andil di dalamnya sehingga ketika mereka datang menghadap kepada Tuhan, mereka diberkati.

Jikalau kita datang dalam ibadah, kita harus yakin bahwa suami yang datang kebaktian harus membawa berkat ilahi bagi istri dan keluarganya. Jadi, Tabernakel bukan sekadar suatu simbolis, seremonial karena hadirnya Tuhan bukan simbol, bukan suatu rekayasa, bukan tulisan-tulisan sembarangan tetapi benar-benar Dia hadir.

Seperti dikatakan dalam Yohanes 1:14, “Dia adalah Firman yang menjadi manusia dan tinggal diantara kita…”, itu benar – benar nyata. Wujud ‘nyata’ nya dapat kita nikmati jika kita sudah berfungsi dengan baik.

Apabila kita mempelajari pengajaran Firman Allah hendaknya pengajaran ini dapat dinikmati oleh istri, anak dan kita semua. Jika saya berdoa, saya harus berfungsi sebagai pendoa syafaat. Jika ada gereja yang memiliki pendoa syafaat, itu sangat baik tetapi jangan kita serahkan ke mereka lalu kita tidak berdoa.

Katakanlah saya hamba Tuhan yang berkhotbah, jangan pendoa syafaat tidak pernah membaca Alkitab dengan beranggapan pendeta yang harus mencari Firman Tuhan. Ini membuat doa itu kacau balau dan tidak terarah. Karena dalam Amsal Solaiman dikatakan, “Orang yang menolak pengajaran, doanya kekejian di hadapan Tuhan”.

Amsal 28:9 Siapa memalingkan telinganya untuk tidak mendengarkan hukum, juga doanya adalah kekejian.

Jika kita tidak mau mendengarkan pengajaran Firman Allah maka doa kita sia - sia bahkan keji, karena tidak terarah. Apa maksud berdoa? Apakah saat berdoa selalu berkata, “Tuhan tolong saya…, tolong saya…”

Kita harus meningkat - berdoa sesuai dengan kehendak Tuhan.

Kita banyak berdoa untuk kepentingan diri sendiri dan horisontal, sudah waktunya kita berdoa setiap hari untuk bangsa Indonesia. Mungkin sulit untuk kontinyu karena perlu untuk selalu diingatkan, supaya doa kita berkenan kepada Tuhan. Kita hidup bukan hanya untuk diri sendiri tetapi juga untuk orang lain karena itu sisipkan doa untuk orang lain. Sering kali kita berdoa untuk orang yang sangat kita kasihi tetapi lupa berdoa untuk orang yang jauh dari kita, terlebih bangsa Indonesia. Bahkan kita tidak pernah berdoa untuk orang yang menyusahkan - menyakiti hati kita tetapi Yesus berdoa untuk semua orang berdosa.

Mengapa Allah hadir setelah alat - alat ditempatkan dengan tepat pada tempatnya masing-masing?

Karena Allah memang mau hadir. Bukan berarti Allah itu sesempit hanya ada di Tabernakel. Allah itu Maha Besar, Dia ada di manapun, saat inipun Dia ada.

Tetapi mengapa perlu ada kebaktian? Supaya ada sesuatu hal yang dapat kita lihat.

Yesus katakan, “…Dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, Aku ada”. Ayat ini dapat diaplikasikan dalam ibadah kita. Karena itu jika kita sengaja meninggalkan pertemuan ibadah, itu kurang sehat. Bukan berarti Tuhan tidak ada di kantor, perjalanan atau dalam rumah tangga kita, Dia ada di mana mana.

Jika kita tidak mau ibadah karena malas dan menganggap tidak perlu, maka kita menyalahi salah satu ayat yang terdapat dalam Ibrani 10, di ayat tersebut dikatakan, “Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita,…”.

Jika kita berkumpul dan bertemu dengan orang yang suka menggossip, jangan menghindari orang itu sebaliknya kita wajib menolong – menasehati supaya dia tidak menggossip lagi. Tetapi jika kita menghindar karena tidak ingin terlibat, akan membuat gossip itu semakin merajalela dan lebih merusak gereja Tuhan, sementara kita sendiri tidak terbangun karena terlepas dari anggota tubuh Kristus.

Sering kita mengatakan bahwa pemerintahan di Indonesia itu jelek - banyak korupsi, penuh hal yang tidak baik sehingga kita tidak senang, padahal ini negara kita. Kita mengaku sebagai warga negara Indonesia, tetapi meninggalkan Indonesia dan pindah ke Amerika, membiarkan Indonesia terpuruk dan masuk neraka. Itu salah.

Yesus mencintai dunia, Dia mencintai ciptaan-Nya yang dikungkung oleh dosa, direbut oleh kuasa kegelapan dan pasti masuk neraka. Dia rela turun ke dalam dunia yang jelek dan bobrok, Dia berkurban supaya ciptaan-Nya – manusia dapat dipulihkan.

Kita sedang mengalami pembaharuan, dijadikan Tabernakel yang hidup. Kita harus tahu isi hati Tuhan. Kalau kita menjadi Meja Roti Sajian, sudahkah kita berfungsi sebagai meja di mana di atasnya terdapat dua susun Roti - Firman Allah? Kita mengetahui bahwa dua susun roti yang terdapat di Meja Roti Sajian selalu diganti dengan yang baru setiap hari Sabat. Roti yang diganti itu boleh dimakan oleh Imam Besar dan imam imam.

Saat berada di Yerusalem kami mendengar dari orang Yahudi yang tinggal di sana bahwa roti yang diletakkan di atas Meja Roti Sajian itu tidak hanya hangat saat baru diletakkan bahkan setelah 7 hari – saat mau diganti dengan yang baru, roti itu tetap hangat, ajaib bukan? Mereka mengatakan bahwa di Yerusalem hanya ada satu keluarga yang dapat membuat roti itu.

Arti rohaninya bagi kita yaitu hari ini kita mendengar dan hati kita terbakar oleh Firman, kita merasa dihangatkan oleh Roh Kudus. Apakah pada hari Jumat mendatang kehangatan Firman itu masih kita rasakan sehingga kita semangat dan ingin datang dan mendengar lagi?

Bukan khotbah saya yang menarik saudara tetapi Firman hidup yang tersaji dalam Tabernakel hidup kita ini berfungsi. Lampu yang terdapat pada Pelita Emas itu terus menyala, berfungsi menjadi terang - menyejukkan rumah tangga sesuai dengan yang tertulis dalam Matius 5, “Engkaulah terang dunia…”.

Allah berhadirat dengan turunnya awan. Jelas tertulis awan bukan tiang awan.

Keluaran 40:34-35 Lalu awan itu menutupi Kemah Pertemuan, dan kemuliaan TUHAN memenuhi Kemah Suci, sehingga Musa tidak dapat memasuki Kemah Pertemuan, sebab awan itu hinggap di atas kemah itu, dan kemuliaan TUHAN memenuhi Kemah Suci.

Berbeda dengan pasal 13

Keluaran 13:21-22 TUHAN berjalan di depan mereka, pada siang hari dalam tiang awan untuk menuntun mereka di jalan, dan pada waktu malam dalam tiang api untuk menerangi mereka, sehingga mereka dapat berjalan siang dan malam. Dengan tidak beralih tiang awan itu tetap ada pada siang hari dan tiang api pada waktu malam di depan bangsa itu.

Keduanya ada perbedaan. Dikatakan, “awan menutupi kemah”.

Keluaran 40:34 Lalu awan itu menutupi Kemah Pertemuan, dan kemuliaan TUHAN memenuhi Kemah Suci,

Awan itu menutupi Kemah Pertemuan, menutupi Miskhan, dan kemuliaan TUHAN memenuhi Kemah Suci - Miskhan jadi bukan hanya di atas kerub karena ada yang beranggapan Allah berbicara di antara dua kerub maka awan menutupi kerub, bukan demikian!

Tudung yang menutupi Tabernakel/Miskhan pasti ukurannya besar, yaitu tudung kulit domba celupan merah, tenda (ukuran 28x4x 10 lembar), bulu kambing. Awan itu memenuhi - tidak ada bagian yang tidak terlindung oleh awan - kemuliaan Tuhan.

Jadi tidak ada satu bagian yang merasa paling hebat. “Saya sudah di Ruang Maha Suci - merasa paling suci”. Itu tidak benar. Tuhan memenuhi semua ruangan Tabernakel. Allah memanggil bangsa Israel dengan maksud supaya mereka yang dulunya tidak terlindungi dan sangat menderita, sekarang dilindungi oleh hadirat-Nya. Jika kita berfungsi dengan baik maka kita pasti mendapat perlindungan yang sangat kuat. Kita akan merasa sangat aman dan tenteram.

Tuhan melalui Musa mengatakan ketika awan berhenti, tabut berhenti, kemudian Musa berkata, “Ya Allah Yehovah kembalilah di tengah-tengah umat-Mu.”

Apa artinya?

Perlindungan yang aman dan tenteram. Ketika tabut berjalan Musa berkata, “Tuhan, serakkanlah musuh-Mu”, berarti Tuhan melindungi apabila kita bersatu, bukan sendiri-sendiri, bukan untuk kebanggaan pribadi “Saya suami paling hebat, tidak terpengaruh godaan dunia, saya bekerja luar biasa, tidak peduli istri.”

Tidak demikian!!

Suami dapat hidup dalam kesucian bukan usahanya sendiri, bersyukurlah karena istrinya berdoa di rumah. Jangan mengabaikan istri, istri juga jangan mengabaikan suami. Suami istri harus saling mendukung, saling mengisi, sehingga terjadi perlindungan Tuhan yang sangat kuat. Jadi, pengayoman Tuhan terjadi karena Allah yang berdiam, Allah yang Esa, Yesus yang ber-Tabernakel di tengah kita itu tidak ada duanya.

Perjalanan Bangsa Israel menghadapi Amalek, Filistin, selalu berkemenangan saat bangsa Israel merendahkan diri, menyatu, dan melaksanakan pembangunan Tabernakel secara tepat. Bangunan Tabernakel itu dapat dibongkar – pasang, setiap kali membongkar tidak boleh ada satu komponenpun yang hilang.

Secara lokal jemaat Johor, Lemah Putro, jangan ada satupun yang keluar, maksudnya bukan jika dia pindah ke Jakarta harus kebaktian di Surabaya. Tetapi kita sebagai jemaat Johor, Lemah Putro harus benar-benar menyatu, supaya menjadi kesaksian yang hidup bagi gereja Tuhan yang lain, masing-masing setia di dalam gerejanya.

Sehingga tidak ada kerenggangan satu dengan yang lain, saling menyatu menjadi gereja yang Am yang besar.

 

Musa tidak dapat masuk Kemah Suci

Allah berkenan untuk hadir tetapi Musa tidak boleh masuk. Musa yang membangun, melaksanakan, memeriksa kembali apakah fungsinya sudah benar, kemudian Musa memberkati, dan Allah berkenan hadir, tetapi Allah tidak berkenan Musa masuk; aneh bukan?

Mengapa Musa tidak boleh masuk?

 

Selanjutnya bagaimana dengan kita?

Dengan membaca kitab yang lain, Imamat – Bilangan – Ulangan, kita akan tahu jawabannya.

Bilangan 7:1 Pada waktu Musa selesai mendirikan Kemah Suci, diurapinya dan dikuduskannyalah itu dengan segala perabotannya, juga mezbah dengan segala perkakasnya; dan setelah diurapi dan dikuduskannya semuanya itu,

Kita kembali kepada Keluaran

Keluaran 40:33,35 Didirikannyalah tiang-tiang pelataran sekeliling Kemah Suci dan mezbah itu, dan digantungkannyalah tirai pintu gerbang pelataran itu. Demikianlah diselesaikan Musa pekerjaan itu........

sehingga Musa tidak dapat memasuki Kemah Pertemuan, sebab awan itu hinggap di atas kemah itu, dan kemuliaan TUHAN memenuhi Kemah Suci.

Coba kita bandingkan dengan

Bilangan 7:89 Apabila Musa masuk ke dalam Kemah Pertemuan untuk berbicara dengan Dia, maka ia mendengar suara yang berfirman kepadanya dari atas tutup pendamaian, yang di atas tabut hukum Allah, dari antara kedua kerub itu; demikianlah Ia berfirman kepadanya.

Jadi ada saatnya Tuhan tidak mau Musa masuk dalam kemuliaan-Nya, tetapi dalam Bilangan pasal 7, Musa boleh masuk karena Tuhan hendak berbicara. Mari kita bersama menghayati dan belajar untuk menemukan suatu kebenaran yang otentik supaya kita tahu mengapa Musa boleh masuk. Sementara pada suatu waktu, Tuhan berkata kepada Musa untuk disampaikan kepada Harun agar tidak boleh sembarang waktu masuk ke dalam tempat Kudus.

Mengapa tidak boleh?

Mari kita bersama mau terus belajar dan menyelidikinya.

 

Tuhan menuntun dan melindungi bangsa Israel sampai pada akhir perjalanannya.

Kita melihat bahwa awalnya Allah memanggil bangsa Israel keluar dari Mesir supaya mereka dapat beribadah, kemudian Tuhan mau menyertai mereka sampai kapanpun dan di manapun.

Keluaran 40:36-38 Apabila awan itu naik dari atas Kemah Suci, berangkatlah orang Israel dari setiap tempat mereka berkemah. Tetapi jika awan itu tidak naik, maka merekapun tidak berangkat sampai hari awan itu naik. Sebab awan TUHAN itu ada di atas Kemah Suci pada siang hari, dan pada malam hari ada api di dalamnya, di depan mata seluruh umat Israel pada setiap tempat mereka berkemah.

Di sini Tuhan mau sejak awal perjalanan bangsa Israel keluar dari Mesir sepenuhnya dituntun oleh Allah melalui Musa. Kitab Keluaran 3, “Aku dengar, Aku melihat, Aku akan turun membawa mereka keluar”.

Jadi Allah yang menuntun kemudian Allah menyuruh membangun Tabernakel, Allah tetap menyertai, dengan awan yang menutupi semuanya, jika awan terangkat, mereka berangkat; jika awan tidak terangkat, mereka tidak berangkat.

Aplikasinya adalah perjalanan rohani kita jangan emosi, jangan di tempat yang tidak enak kita mau cepat-cepat pindah, jangan pula tempat yang nyaman, rohani kita tidak mau maju, menganggap itu sudah cukup.

Seringkali manusia jika berada dalam kondisi nyaman, misalnya merokok, tahu bahwa menghisap rokok berakibat tidak baik, tetapi tidak mau meninggalkan kenyamanan menghisap rokok. Apa dia dapat menjadi baru? Tidak dapat! Dia harus bertindak meninggalkan suasana nyaman yang merusak itu menuju ke tempat yang baru, yang tidak nyaman tetapi baik untuk kesehatannya.

Dalam Kitab Imamat – Bilangan – Ulangan, sewaktu bangsa Israel menemukan air Mara, mereka mengomel. Ketika Tuhan sudah menolong, membawa mereka ke Elim, mereka merasa nyaman di sana.

Tetapi selanjutnya Tuhan menyuruh pindah lagi. Tuhan mau rohani kita meningkat, jika berada di tempat yang nyaman, kita bersyukur, di tempat yang kurang nyamanpun, tetap kita bersyukur. Karena Tuhan tidak pernah membuat rohani kita menurun, seperti halnya perjalanan bangsa Israel pasti sampai Kanaan. Tetapi karena bangsa Israel tidak taat, mereka terpaksa harus mengalami banyak kesulitan dan berputar-putar selama 40 tahun.

Tuhan mengajar saya supaya belajar menahan emosi karena saya adalah seorang yang tidak sabaran. Ketika di Irian, saya begitu bersemangat membangun gereja, tetapi tidak mempunyai pengalaman. Saya melihat orang mencampur semen, saya ikuti mencampur semen kemudian mengatur balok. Mereka hanya menyusun balok itu setinggi 1 meter, kemudian ditinggalkan sampai besoknya lagi. Saya penasaran, saya kerjakan terus, menyusun balok balok itu sampai setinggi 2 meter, esok paginya, miring semua.

Mengapa?

Karena batunya berat, sementara semen belum kering sehingga balok balok itu miring, saya terlalu emosi. Di situ saya banyak belajar, walaupun belum sempurna, jika harus berhenti, ya berhenti saja, jika maju, maka lakukan maju.

Jangan bertanya untuk berapa lama, Tuhan mempunyai cara yang baik untuk kita.

Kita membaca:

Bilangan 9:18-23 Atas titah TUHAN orang Israel berangkat dan atas titah TUHAN juga mereka berkemah; selama awan itu diam di atas Kemah Suci, mereka tetap berkemah.

Apabila awan itu lama tinggal di atas Kemah Suci, maka orang Israel memelihara kewajibannya kepada TUHAN, dan tidaklah mereka berangkat.

Ada kalanya awan itu hanya tinggal beberapa hari di atas Kemah Suci; maka atas titah TUHAN mereka berkemah dan atas titah TUHAN juga mereka berangkat.

Ada kalanya awan itu tinggal dari petang sampai pagi; ketika awan itu naik pada waktu pagi, merekapun berangkatlah; baik pada waktu siang baik pada waktu malam, apabila awan itu naik, merekapun berangkatlah.

Berapa lamapun juga awan itu diam di atas Kemah Suci, baik dua hari, baik sebulan atau lebih lama, maka orang Israel tetap berkemah dan tidak berangkat; tetapi apabila awan itu naik, barulah mereka berangkat. Atas titah TUHAN mereka berkemah dan atas titah TUHAN juga mereka berangkat; mereka memelihara kewajibannya kepada TUHAN, menurut titah TUHAN dengan perantaraan Musa.

Secara fisik kita tidak seperti mereka tetapi seringkali kita lalai dalam kehidupan rohani kita. Tuhan menyuruh kita maju, tetapi kita berhenti; Tuhan menyuruh tenang, kita justru ngotot bergerak sehingga seringkali kita sendiri yang mengacaukan perjalanan rohani kita. Pada Jumat mendatang kita akan kembali merenungkan sejauh mana kita sudah belajar pasal 25 – 40, Tuhan menolong kita semua.

Amin.