Senantiasa Taat dan Bersyukur

 

Minggu, Lemah Putro, 19 Maret, 2017

Pdm. Yusuf Wibisono

 

 

Shalom,

Bulan lalu negara kita kedatangan Raja Salman dari Arab Saudi yang mendapat sambutan luar biasa. Bagaimana dengan sambutan kita kepa-da Tuhan, Raja di atas segala raja melebihi raja-raja di dunia? Keyakinan kita akan kebera-daan Tuhan di tengah-tengah kita membuat kita menjadi anak-anak Tuhan yang kuat seperti telah dialami bangsa Israel ketika keluar dari Mesir yang dibebaskan oleh darah domba Paskah (Kel. 12). Sebagai Anak Domba Allah, Yesus, berkurban mati disalib untuk mengalahkan musuh terakhir itulah maut (1 Kor. 15:25-26) agar siapa saja yang percaya kepada-Nya memperoleh hidup kekal (Yoh. 3:16).

Apa yang dilakukan oleh bangsa Israel atas kemenangan yang diraihnya bersama TUHAN sete-lah seluruh pasukan Firaun berkuda beserta keretanya tenggelam di Laut Terebau? Keluaran 14:31; 15:1-3 menuliskan, “Ketika dilihat oleh orang Israel betapa besarnya perbuatan yang dilakukan TUHAN terhadap orang Mesir maka takutlah bangsa itu kepada TUHAN dan mereka percaya kepada TUHAN dan kepada Musa, hamba-Nya itu. Pada waktu itu Musa bersama-sama dengan orang Israel menyanyikan nyanyian ini bagi TUHAN yang berbunyi: "Baiklah aku menyanyi bagi TUHAN sebab Ia tinggi luhur, kuda dan penunggangnya dilemparkan-Nya ke dalam laut. TUHAN itu kekuatanku dan mazmurku, Ia telah menjadi keselamatanku. Ia Allahku, kupuji Dia, Ia Allah bapaku, kuluhurkan Dia. TUHAN itu pahlawan perang; TUHAN, itulah nama-Nya.”

Implikasi: kita patut bersyukur dan memuji serta memuliakan Tuhan oleh sebab pertolongan-Nya atas semua masalah sehingga kita dapat melaluinya dan menjadi pemenang. Ingat, selama kita meninggikan salib Kristus, kita pasti menang menghadapi semua masalah. Masalahnya, manusia sering melupakan pertolongan Tuhan seperti dilakukan oleh bangsa Israel. Tak lama setelah mereka dituntun oleh tangan kuat Allah, mereka mengomel dan bersungut-sungut ketika mendapatkan air di Mara pahit rasanya (Kel. 15:23-25).

Perlu diketahui, tanda orang hidup ialah suka memuji Tuhan (Mzm. 150:6); sebaliknya, dunia orang mati tidak dapat mengucap syukur kepada-Nya (Yes. 38:18-19).

Implikasi: orang yang mati rohani penuh dengan sungutan sementara orang yang hidup rohaninya senantiasa menyucap syukur apa pun kondisi dan situasinya.

Juga bukti orang yang hidup (rohaninya) ialah suka merendahkan diri seorang kepada yang lain di dalam takut akan Kristus dan mulutnya penuh dengan kidung pujian dan nyanyian rohani (Ef. 5:18-21).

Bagaimana sikap orang yang takut akan Kristus Yesus? Dia tidak akan menuruti kemauan daging sebab Roh Kudus menguasainya sehingga dari hati terucap di mulut pujian atas segala sesuatu – manis maupun pahit – untuk memuliakan Nama Tuhan.

Bila kita dapat beribadah, ini semata-mata karena anugerah-Nya. Oleh sebab itu hendaknya kita memanfaatkan ibadah raya (Kandil Emas), pendalaman Alkitab (Meja Roti Sajian) dan doa penyembahan (Mazbah Pembakaran Ukupan) dengan sebaik-baiknya. Bila kita perhatikan, setiap ibadah selalu diawali dengan nyanyian memuji Tuhan. Marilah sejak dari kandungan sampai masa tua, kita memakai mulut kita untuk memuji dan memuliakan Dia (Mzm. 71) sebab Tuhan yang kudus bersemayam di atas puji-pujian (Mzm. 22:4).

Sesungguhnya Tuhan hadir dalam puji-pujian dan siap menolong kita dari pelbagai macam masalah asal:

  • Percaya kepada-Nya maka mukjizat persoalan nikah terjadi (di Kana) berdampak sukacita besar (air berubah menjadi anggur Yoh. 2:1-11).
  • Taat akan perintah-Nya maka problem ekonomi terselesaikan seperti dilakukan oleh Petrus setelah semalam-malaman membanting tulang menangkap ikan tetapi gagal. Logikanya, penangkapan ikan dilakukan di malam hari namun Petrus tidak membantah tetapi merendahkan diri ketika Yesus memerintahkannya menebarkan jala di siang hari. Alhasil, dia menangkap sejumlah besar ikan sehingga jalanya koyak (Luk. 5:4-7). Apa yang dilakukan Petrus melihat peristiwa menakjubkan ini? Dia tersungkur menyembah Yesus.

Ketaatan juga dilakukan oleh Naaman, penderita kusta, sehingga masalah kesehatan dipulihkan (2 Raja 5).

Pelajaran: jika kita menuruti Firman Tuhan, mukjizat pasti terjadi. Waspada, terkutuklah orang yang mengandalkan manusia juga mengandalkan kekuatan sendiri (Yer. 17:5) seperti dilakukan oleh Goliat sebab orang yang mengandalkan kekuatan sendiri hatinya jauh dari Tuhan sedangkan Tuhan menyelidiki hati dan menguji batin (ay. 10). Itu sebabnya saat kita mengalami ujian, hati tetap memuji Tuhan maka ujian akan cepat terselesaikan. Sebaliknya, jika kita ngotot mengandalkan kekuatan sendiri dalam menghadapi masalah, ujian akan lama dialaminya.

Jelas, orang yang hidup dalam penguasaan Roh Kudus ditandai dengan ketaatan dan dari mulutnya keluar puji-pujian memuliakan Nama Tuhan serta hatinya penuh damai sebab bersuasanakan kerajaan Surga (bnd. Rm. 14:17-18). Contoh: perempuan Samaria men-dapat kemurahan Tuhan diisi oleh air hidup sehingga dia bersaksi dan menjadi berkat bagi orang-orang Samaria (Yoh. 4:10-15,39).

  • Tekun mendengarkan Firman Tuhan agar hati diisi penuh olehnya. Jangan malah menjauh dari Tuhan saat kita menghadapi persoalan! Hati yang penuh dengan kebenaran Firman Tuhan menimbulkan kedamaian; jika hati damai, kita akan bertindak benar dalam mengambil keputusan.
  • Suka berdoa. Doa yang lahir dari iman (setelah mendengarkan Firman Tuhan Rm. 10:17) memiliki kuasa besar (Yak. 5:15-16).
  • Rela menderita bagi Kristus (Flp. 1:29).

Sungguh merupakan karunia Tuhan untuk mampu menderita bagi-Nya! Juga merupakan suatu kebahagiaan bila kita menghadapi berbagai pencobaan/ujian sebab Tuhan mau meningkatkan iman kita menjadi ketekunan supaya kita tidak kekurangan suatu apa pun (Yak. 1:2-4).

Jelas, Tuhan berhadirat di atas pujian! Hendaknya kita suka menyanyi memuji Dia sejak dini untuk mengundang kehadiran-Nya dalam hidup kita untuk mengatasi masalah dan kebahagiaan yang disediakan-Nya tidak berkaitan dengan perkara-perkara dunia ini tetapi harta Surgawi sekaligus tinggal bersama Dia selamanya. Amin.