Hikmat Allah Yang Tersembunyi Dan Rahasia

 

Minggu, Lemah Putro, 23 Oktober 2016

Pdt. Paulus Budiono

 

Shalom,

Perlu diketahui Alkitab – Firman Allah – dari Kitab Kejadian sampai dengan Kitab Wahyu adalah ineransi/tanpa salah. Masalahnya, kurang tepatnya terjemahan suatu kata atau pencomotan ayat-ayat tanpa mengaitkan dengan ayat-ayat sebelum dan sesudahnya memungkinkan terjadinya kesalahan dalam menafsirkan Alkitab. Itu sebabnya Rasul Paulus bersikap tegas dalam meng-ambil keputusan untuk tidak menggunakan hikmat manusia tetapi dengan kekuatan Roh Kudus menggunakan hikmat Allah yang tersembunyi dan rahasia yang sudah disediakan-Nya sebelum dunia dijadikan bagi kemuliaan kita (1 Kor. 2:5-7).

Kenyataannya, pengetahuan dewasa ini merangsang keingintahuan murid sejak dini untuk mampu memahami dan menganalisa ilmu/hikmat manusia yang diajarkan, bukan sekadar menghafal untuk kemudian lupa tak lama setelah itu. Demikian pula hendaknya kita, orang percaya, makin diasah dan dirangsang pikiran dan perasaan kita tentang Firman Allah oleh Roh kudus agar menjadi matang/dewasa rohani se-hingga kita terlatih untuk membedakan yang baik dan yang jahat (Ibr. 5:12-14) dan dapat menimbang hikmat mana yang harus dipakai.

Memang setiap bidang ilmu mendidik para murid untuk tidak hanya menguasai pengetahuan tetapi juga sukses mengaplikasikannya dalam keseharian hidup. Misal: lulusan bidang marketing/pemasaran telah dididik begitu rupa sehingga dapat mem-promosikan produknya dengan sangat menarik dan menyakinkan. Berbeda dengan pemberitaan Firman Tuhan, hamba Tuhan tidak boleh berfokus pada hikmat manusia untuk menyenangkan telinga pendengar tetapi Roh Kudus berperan penting untuk meyakinkan tentang pribadi Yesus (bnd. 2 Tim.4:1-5). 

Dari mana memperoleh hikmat?

Hikmat dunia diperoleh dari didikan orang tua, sekolah, lingkungan dan dunia bisnis yang memungkinkan terjadinya persaingan bagi mereka yang berduit tebal dan beruntung. Akibatnya, hikmat dunia dapat menjadikan manusia berkedudukan tinggi dan mulia tetapi bisa menghancurkan karena ketidakpercayaan kepada Tuhan. Apa buktinya? “Sekiranya mereka (= penguasa dunia – Red.) mengenalnya (= hikmat Allah – Red.) mereka tidak menyalibkan Tuhan yang mulia.” (1 Kor. 2:8b) Dengan kata lain, mereka yang memiliki pengaruh dan nama besar (penguasa) menyalibkan Yesus sebab mereka tidak mengenal hikmat Allah.

Apakah persaingan juga terjadi pada kehidupan orang-orang Kristen sehingga timbul opini pengajarannya paling hebat dan murni lalu mendiskreditkan gereja-gereja lain-nya? Praktik semacam ini bukanlah hikmat dari Tuhan.

Hikmat Allah sudah ada sebelum dunia dijadikan dan disediakan Allah bagi kemulia-an kita; jadi, hikmat Allah sudah dirancang dan disiapkan bagi kita sebelum ter-ciptanya alam semesta. Juga, hikmat Allah itu utuh sementara hikmat manusia hanya sepenggal-penggal, misal: hikmat orang Barat berbeda dengan hikmat orang Asia dst. tetapi hikmat Allah hanya satu, itulah: Kristus (1 Kor. 1:24).

Apa karakteristik hikmat Allah yang disediakan bagi mereka yang mengasihi Dia? 1 Korintus 2:9 menuliskan hikmat Allah:

  • Tidak pernah dilihat oleh mata,
  • Tidak pernah didengar oleh telinga,
  • Tidak pernah timbul dari hati manusia.

Faktanya, dengan hikmat dunia/manusia, kita dapat melihat seluruh ciptaan Allah dengan mendatangi tempat-tempat tersebut atau melihat melalui media elektronik dan media cetak. Namun ketika ‘melihat’ Yesus, manusia cenderung menyalibkan Dia sebab mereka tidak mengenal-Nya, mereka tidak percaya akan Firman Allah sebab belum/tidak pernah mendengar dengan telinganya dan hati mereka penuh dengan pikiran jahat dan najis (Mat. 15:18-19).

Apa beda hikmat manusia/dunia dengan hikmat Allah/Surga?

Hikmat dunia dari nafsu manusia dan dari setan-setan ditandai oleh iri hati, me-mentingkan diri sendiri, memegahkan diri, dusta, segala macam perbuatan jahat (Yak. 3:14-16). Contoh:

Ø Yudas Iskariot dirasuk Iblis sehingga dia tega menjual Gurunya (Luk. 22:3-4).

Ø Imam besar Kayafas yang berkedudukan tinggi tidak dapat menerima perkataan Yesus yang jujur sebagai Anak Allah bahkan menyalibkan-Nya (Mat. 26:63-65). Bukankah tanpa sadar kita juga berbuat hal serupa? Meminta seseorang mengaku dengan jujur tetapi karena kejujurannya kita malah ‘menyalibkan’ dia sebab jawabannya tidak cocok dengan konsep yang telah kita pikirkan!

Ø Ananias dan Safira dikuasai Iblis sehingga mendustai Roh Kudus (Kis. 5:3).

Ø Saulus (Paulus) dengan hikmat dunia setuju Stefanus dirajam batu hingga mati (Kis. 8:1a).

Ø Kita dahulu mati karena pelanggaran dan dosa dengan menaati penguasa kerajaan angkasa sehingga hidup di dalam hawa nafsu daging dan pikiran kita jahat (Ef. 2:1-3).

Sementara itu hikmat Allah dari atas bercirikan murni, damai, ramah, penurut, penuh belas kasihan, tidak memihak, tidak munafik dan buah yang terdiri dari kebenaran ditaburkan dalam damai untuk mereka yang mengadakan damai (ay. 17-18). 

Kita tahu sejak awal penciptaan manusia pertama, Allah dengan hikmat-Nya beren-cana menjadikannya mulia karena mereka serupa dengan-Nya namun Dia terpaksa harus menyembunyikan/merahasiakannya demi kebaikan mereka. Demikian pula de-ngan Putra tunggal-Nya, Yesus, Allah dengan hikmat-Nya membiarkan Anak Manusia dalam waktu yang singkat menjadi sedikit lebih rendah daripada malaikat-malaikat untuk mati menanggung dosa manusia kemudian diangkat dan dipermuliakan-Nya (Ibr. 2:6-7). 

Perhatikan, hikmat dunia yang penuh dengan nafsu dan dari setan berusaha menguasai tubuh, jiwa (penuh emosi) dan roh kita tetapi Tuhan melepaskan dan mengangkat kita sehingga tubuh fana ini mati dan dibangkitkan dalam tubuh rohaniah (1 Kor. 15:44); jiwa (pusat perasaan, pikiran dan kehendak) diubah untuk memiliki perasaan dan pikiran yang terdapat dalam Kristus Yesus (Flp. 2:5). Keubahan total akan kita peroleh jika kita bersedia melepaskan hikmat dunia seperti dilakukan oleh Saulus (Paulus). Setelah menerima hikmat Allah, pola pikirnya diubahkan – dia  tidak lagi menilai Kristus menurut ukuran manusia (2 Kor. 5:16).

Waspada, jangan menilai Alkitab berdasarkan hikmat manusia dengan menggunakan teologi dan filosofi sesuai budaya masing-masing berakibat kekacauan dan perpe-cahan antarpendeta dan antargereja. Ingat, hikmat Kristus hanya satu dan Ia adalah (satu) Kepala bagi jemaat-Nya (Ef. 4:15).

Rasul Paulus mengalami perbedaan antara hikmat dunia/manusia dan hikmat Allah. Dengan hikmat dunia, dia memegang hukum Taurat dengan kukuh dan dengan matanya, dia ahli membaca kitab Perjanjian Lama. Matanya melihat penuh kebencian terhadap pengikut-pengikut Yesus, telinganya panas mendengar tentang Yesus dan hatinya penuh kebencian ingin membunuh orang-orang Kristen. Namun apa yang ter-jadi ketika dia menerima hikmat Allah? Telinganya mendengar suara yang memanggil namanya “Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?” (Kis. 9:4); mata-nya melihat cahaya memancar dari langit mengelilingi dia (ay. 3) yang tidak pernah dilihat sebelumnya kemudian timbul dalam hatinya suatu keubahan untuk berbuat sesuatu bagi-Nya (Kis. 22:10a). Begitu bertemu dengan hikmat dari Surga, Saulus sempat buta tiga hari namun ketika celik mata dia dipenuhi Roh Kudus dan mengalami keubahan tidak lagi dipenuhi oleh roh-roh setan. Apa hikmat dari Surga itu? Takut akan Allah adalah permulaan hikmat (Mzm. 111:10; Ams. 1:7).

Aplikasi: hendaknya hati kita makin diubahkan setelah mendengar dan menyebut Nama Yesus. Juga makin seringnya mendengar pemberitaan Firman Tuhan, hati makin berkobar-kobar untuk mengasihi dan melayani-Nya bukan malah bosan karena merasa berulang-ulang telah mendengar khotbah yang disampaikan kemudian Firman tersebut ditujukan untuk menghakimi orang lain.

Apa yang diperbuat Saulus (Paulus) setelah dia bertobat dan tidak lagi menggunakan hikmat manusia? Dia memberitakan Injil tentang salib Kristus (1 Kor. 1:17) tidak de-ngan hikmat perkataan yang dapat memikat hati pendengarnya.

Aplikasi: hendaknya hamba Tuhan memberitakan Injil dengan menonjolkan salib Kristus meskipun hal ini tidak mudah karena jemaat lebih suka dibuai oleh khotbah-khotbah yang menyenangkan telinga. Jujur, rasa ketakutan membuat kita kembali kepada hikmat manusia yang beraneka ragam. Misal: suami memiliki karakter bagaimana mengolah hikmat yang dia peroleh sementara istri juga mempunyai kemampuan hikmat yang didapatnya dari sekolah dan budaya berakibat tidak adanya titik temu di antara mereka berdua. Perhatikan, hikmat Allah itu pendamai; jika kita tidak mau berdamai berarti kita tidak pernah memiliki hikmat-Nya maka Tuhan tidak akan ikut campur dalam nikah dan keluarga kita.

Selain memperdamaikan, hikmat Allah juga:

- Menyucikan kita serta anak-anak kita dalam menghadapi ancaman pornografi dan seks bebas yang dapat diakses dengan mudah melalui HP, Ipad dll. Hikmat Surgawi menyatukan nikah dan keluarga kita sementara hikmat dunia berusaha menghancurkannya. Itu sebabnya jangan memelihara pikiran najis yang memicu terjadinya perselingkuhan dan perzinaan.

Hikmat Allah juga menyucikan kita dalam berkurban untuk pelayanan pekerjaan Tuhan sehingga kita tidak memperhitungkan untung-rugi seperti terjadi dalam dunia dagang. Bukankah Yesus berkurban tanpa hitung-hitungan bahkan nyawa-Nya pun tidak disayangkan untuk dikurbankan bagi kita semua?

- Bersifat lemah lembut dalam perbuatan baik (Yak. 3:13) sebab sekarang banyak terjadi kemunafikan – tampak lemah lembut tetapi dibalik itu ada niat jahat yang siap diluncurkan.

- Murni yang artinya bersih. Perlu diperhatikan, hikmat Surgawi tidak dapat dipisah-pisahkan, misal: hanya menginginkan kesucian kemudian menolak yang lain.

- Buah-buah yang baik. Tuhan menginginkan buah-buah yang baik termasuk buah Roh Kudus yang memiliki 9 rasa (Gal. 5:22-23).

- Buah dari kebenaran yang ditaburkan dalam damai untuk mereka yang meng-adakan damai. Bila kita ingin hidup bersuasanakan damai, kita harus menanam damai untuk menuai damai.

Apa yang harus dilakukan bila kita kurang berhikmat terlebih saat menghadapi pelbagai pencobaan? Surat Yakobus 1:5-8 menasihati, “Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit maka hal itu akan diberikan kepadanya. Hendaklah ia memin-tanya dalam iman dan sama sekali jangan bimbang sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin. Orang yang demikian janganlah mengira bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan. Sebab orang yang mendua hati tidak akan tenang dalam hidupnya.

Marilah kita membuang hikmat dunia/manusia yang merugikan dan raihlah hikmat Surga/Allah yang telah disediakan bila kita percaya kepada-Nya agar hidup kita diperkenan oleh-Nya dan kita menjadi kesaksian hidup dalam memberitakan Injil tentang Kristus tersalib sehingga banyak jiwa mengenal Dia dan beroleh keselamatan. Amin.