Kidung Agung 3:4

 

Ibu Ester Budiono

 

Shalom,

Dari kisah hidup raja dan si putri yang tertulis di kitab Kidung Agung, dapat diba-yangkan betapa mereka saling mengasihi walau masih ada tanda keegoisan dari pihak si putri namun raja tetap dapat mengerti akan kerinduan hati si putri yang mendalam untuk bersama dengannya. Sebaliknya, si putri masih belum sepenuhnya mengerti akan maksud hati raja sebab perasaan dan pikirannya terfokus pada diri sendiri.

 

"Baru saja aku meninggalkan mereka, kutemui jantung hatiku, kupegang dan tak kulepaskan dia sampai kubawa dia ke rumah ibuku, ke kamar orang yang melahirkan aku."

 (Kid. 3:4)

Ketika si putri menjumpai raja, dia memegang raja erat-erat sebab pikirnya dengan berbuat demikian raja tidak akan dapat menjauh darinya. Dia merasa puas dan yakin tindakannya benar dan tepat. Tanpa disadari dia mengabaikan pikiran dan perasaan raja. Herannya, raja membiarkan dirinya dipegang erat-erat oleh si putri (Kid. 3:4), apa maknanya bagi kita?

— Firman-Nya bagaikan cermin yang menampilkan keadaan kita sebenarnya. Meskipun sudah lama berposisikan sebagai orang beriman, kita belum bebas sepenuhnya dari cara berpikir dan berperasaan manusiawi sebab kita masih lebih mengutamakan kepentingan diri sendiri ketimbang menyenangkan hati Tuhan. Akibatnya, pertengkaran dan persengketaan yang tak ada habisnya terjadi dalam pergaulan, dalam nikah bahkan lebih mengerikan terjadi pula dalam gereja.  

Tak dapat dihindari, setiap pribadi mengalami proses penyucian sesuai dengan tingkat rohani masing-masing. Melalui panjang sabar-Nya, sampai detik ini kita masih diberi waktu untuk menyucikan ketidakmurnian hati kita melalui Firman (Yoh. 15:3; Ef. 5:26), Roh Kudus (Tit. 3:5), darah-Nya (1 Yoh. 1:7) dan hajaran (Ibr. 12:6).

Aplikasi: jangan lengah tetapi manfaatkan semaksimal mungkin waktu dan kesempatan yang Tuhan berikan karena Dia tidak menghendaki seorang pun binasa melainkan supaya semua orang bertobat dan selamat (2 Ptr. 3:9). Ia tidak pernah salah dalam menyucikan kita dan tahu persis sampai di mana pertumbuhan rohani kita. Hendaknya kita memiliki kerinduan sungguh-sungguh untuk meningkat dalam penyucian walau belum sempurna agar hidup kita makin diubahkan.

— Tuhan itu mahatinggi dan mahamulia namun Ia melihat orang yang hina dan mengenal orang sombong dari jauh (Mzm 138:6). 

Bila Raja Salomo dapat mengerti maksud hati si putri terlebih Tuhan Yesus Kristus, Dia tahu persis rahasia hati manusia (Mzm. 44:22). Ia rela merendahkan diri-Nya agar umat-Nya menikmati penyertaan-Nya dengan sepuas-puasnya. Dengan demikian, semua kenikmatan penyertaan-Nya yang kita rasakan bukan karena jasa kita tetapi semata-mata karena kemurahan-Nya.

— Ketika masih hidup di luar keselamatan, kita adalah orang berdosa dan berada dalam rahim hawa nafsu untuk kemudian dilahirkan dalam dosa. Namun setelah menerima Yesus sebagai Juru Selamat, kita berada dalam rahim kasih dan dilahir-kan dalam kasih karunia.

Aplikasi: demi kasih dan kasih karunia Allah, hendaknya kita selalu merindukan penyertaan-Nya dalam hidup kita.

 

Harus diakui, walau kita telah menikmati penyertaan Tuhan dengan sebaik-baiknya, kita belum/tidak memosisikan Tuhan dengan tepat (pasif) sementara kita bersikap lebih aktif dengan menonjolkan kehendak kita sendiri daripada kehendak-Nya. Kita masih mau bebas menentukan sesuatu tanpa peduli apakah Tuhan juga bebas menyatakan kehendak-Nya kepada kita. Tanpa disadari, kita tidak membiar-kan kehendak Tuhan berlaku dengan bebas dalam hidup kita. Untuk itu kita perlu belajar banyak dari Tuhan melalui Firman-Nya agar kita dapat membiarkan kehendak-Nya terjadi dalam hidup kita di mana pun kita berada. Amin.